Yang Lagi HOT!

Posted by : JIM Jumat, Juni 24, 2011

Musa AS merupakan nabi yang paling banyak disebut nama dan kisahnya dalam Al-Qur’an. Lebih dari 125 nama Musa tercantum di dalamnya. Tentu kita bertanya kenapa Allah mengistimewakan Musa AS dari nabi-nabi yang lain? Dan kenapa kisah nabi Musa merupakan kisah yang terbanyak disebut dalam Al-Quran?
Pertama, nabi Musa AS merupakan lima dari para nabi yang memiliki sifat Ulil ‘Azmi yang menurut urutannya menduduki martabat kedua setelah nabi kita Muhammad SAW.
Kedua, sesungguhnya Allah telah memilih dan mengistimewakan Musa AS lebih dari manusia yang lain di masanya atau di zamannya untuk membawa risalah-Nya dan untuk berbicara langsung dengan-Nya. Allah berfirman, “Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu” (QS. Thaha : 13)
Ketiga, Allah berfirman dalam Al-Quran ” Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (QS. An-Nisaa: 164). Ini merupakan keistimewaan dan kelebihan yang diberikan Allah kepada Nabi Musa AS. Oleh karena itu ia telah diberi gelar “Kalimullah”, yang artinya bahwa Musa AS telah mendapat wahyu langsung dari Allah tidak melalui perantaraan Jibril as, sedang rasul-rasul yang lain mendapat wahyu melalui perantaraan Jibril. Adapun nabi kita Muhammad SAW melebihi nabi Musa AS dan nabi-nabi yang lainnya, karena disamping beliau telah mendapat wahyu melalui Jibril AS, pula beliau telah bertemu muka dan berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu Mi’raj.
Keempat, Allah telah melimpahkan kasih sayang kepada nabi Musa AS dari mulai lahirnya dan selalu mendapat pengawasan-Nya. Allah berfirman dalam QS. Thaha: 39 “Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu dan supaya kamu diasuh dibawah pengawasan Ku”


MUSA AS DAN KHIDIR AS
Dikisahkan nabi Musa AS dan Khidir AS tengah berjalan dan tiba di satu kampung di mana penduduk kampung itu tidak ada yang ingin menjamu mereka.
Allah berfirman,
“Maka keduanya berjalan hingga tetkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata : jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidir berkata : inilah perpisahan antara aku dengan kamu, aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” [Q.S. Al-Kahfi (18) : 77-78]
Ayat di atas, berkisar nabi Musa AS dan Khidir AS berjalan bersama-sama sehingga tiba ke suatu kampung dimana penduduknya pelit dan kikir. Semua tidak ada yang mau menjamu mereka, semua menutup pintu menolak menerima mereka sebagai tamu asing di kampung itu.
Dalam kisah Musa dan Khidhir, Allah hendak menunjukkan pada kita risalah pematangan rohani kekasih-Nya, Nabi Musa AS. Agar nabi yang diistimewakan dan cemerlang kecerdasan otaknya itu juga menjadi hamba yang cemerlang kecerdasan batinnya hingga ia pun (seperti halnya Nabi Khidir AS) cekatan memahami suatu tindakan, peristiwa, dan segenap kenyataan hidup yang terbentang di depan mata. Juga, di lain fihak, Allah mengajarkan kepada Musa kenyataan rutin dalam hidup sehari-hari, dengan bahasa batin, bahasa hati, bahasa jiwa bukan dengan bahasa mulut atau bahasa lisan yang bisa memutar balikkan kata kata. Nabi Khidir AS di sini disuruh Allah memainkan peran sebagai guru tarekat, guru rohani, bagi Nabi Musa AS untuk mengajarkan kepadanya hakikat hidup.

HIKMAH YANG DAPAT DIAMBIL
Pelit dan kikir yang dimaksudkan di atas bukan hanya dalam harta dan benda. Akan tetapi pelit dan kikir sangat luas, bisa pula diartikan pelit dan kikir dalam bermu’amalat sesama manusia, pelit dan kikir dalam tindakan dan perilaku, pelit dan kikir dalam sapa dan nyapa. Karena agama diturunkan bukan hanya untuk sholat dan puasa, bukan pula hanya untuk duduk di atas sejadah atau di dalam masjid, akan tetapi agama sangat luas dan lebar, salah satu diantaranya, agama juga diturunkan untuk bermu’amalat sesama manusia. “Addin Mu’amalah”, begitulah sabda nabi Muhammad SAW.
Rasulullah bersabda “tidak berkumpul kekikiran dan keimanan di satu hati”
Tatkala Allah menciptakan surga Firdaus yang mengalir di dalamnya sungai sungai, dan tertanam di dalamnya pepohonan yang indah, Dia pun berkata kepada surga Nya “Wahai surga berkatalah dengan seizin Ku”. Surgapun berkata “Sesungguhnya beruntunglah orang orang yang beriman”. Lalu Allah menegaskan kepada surga “Dengan kekuasaan dan kebesaran Ku, orang pelit dan kikir tidak bisa sama sekali mendampingimu”




Sumber : http://www.facebook.com/notes/1001-kisah-teladan-ambil-hikmahnya/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ShadowZ Space - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -