ShadowZ Space

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Tidak terasa oleh waktu, kini kita telah berada di penghujung bulan Ramadhan. Hanya dalam hitungan beberapa hari lagi, kita akan meninggalkan bulan suci yang penuh berkah ini. Memang masih ada rasa tidak tega dan tidak percaya, padahal rasanya baru beberapa hari yang lalu memasuki bulan suci Ramadhan dan sekarang sudah akan berakhir.

Bila kita bicara bulan Ramadhan yang selama ini berlangsung di Indonesia, seharusnya sudah patut kita syukuri bahwa penuh kenikmatan yang ada di bulan Ramadhan ini setiap tahunnya. Mungkin lebih tepat untuk di daerah tropis yang ada di belahan dunia ini. Bagaimana tidak? Perbedaan waktu antara siang dan malam yang terjadi di daerah tropis setiap tahunnya adalah relative sama. Bila sejenak saja kita mau melihat bagaimana keadaan siang dan malam yang terjadi di belahan bumi utara atau belahan bumi selatan atau bahkan mungkin untuk daerah-daerah ekstrim di utara maupun selatan, di mana keadaan di sana siang ataupun malamnya memiliki perbedaan waktu untuk setiap musimnya.

Tidak seperti kita yang sekarang ini tinggal di daerah tropis yang siang dan malamnya relative sama, maka pastinya kita ini sudah terbiasa dengan keadaan yang relative sama ini, puasa di waktu/ musim kapanpun, tidak menjadi begitu masalah, toh waktu siang dan malamnya relatfi sama saja. Coba bila untuk daerah-daerah ekstrim, bilamana saat siangnya dalam waktu yang pendek, mungkin mereka memang akan terasa begitu mudah dengan puasanya, tetapi bagaiman bila yang terjadi sebaliknya? Di waktu siang yang panjang, malam hari hanya sekitar empat atau lima jam, bukankah rasanya akan begitu berbeda? Yang mungkin di tahun-tahun sebelumnya mereka bisa menikmati waktu berbuka yang panjang, kemudian tiba-tiba di tahun ini harus berpuasa dengan waktu yang lama? Rasanya akan menjadi sangat berbeda. Coba kita bandingkan dengan kita yang ada di sini, mau lima tahun yang lalu, tahun lalu, ataupun tahun depan, kita berpuasa dalam waktu yang hampir sama. Sehingga dengan waktu yang relative sama ini kita bisa menyesuaikan kondisi. Cobalah lihat anak-anak kecil di daerah kita, mungkin ada yang masih kecil tapi sudah mencoba ‘belajar’ berpuasa, karena memang waktu puasa yang relative sama, maka kita mampu melakukan apa yang biasanya disebut belajar berpuasa dengan puasa hanya setengah hari (hingga Dzuhur). Tetapi bila untuk anak-anak kecil di daerah sana, apakah bisa demikian? Belajar dulu untuk menyesuaikan dengan kondisi orang berpuasa? Jika masa kecil anak-anak di sana bertepatan dengan waktu berpuasa yang singkat, pastinya mereka tidaklah perlu untuk ‘belajar’ dulu, bisa langsung puasa. Tetapi bila waktu puasanya dalam waktu yang panjang? Yang bahkan bisa hingga 20 jam sehari, untuk ‘belajar’ saja mungkin akan memakan waktu yang hampir sama dengan puasa sehari penuh di daerah kita.

Jadi mungkin di sana akan serasa lebih sulit untuk anak-anak kecil membiasakan untuk bisa terbiasa dengan berpuasa. Tetapi entahlah, saya sendiri kurang tahu, belum pernah merasakan bagaimana tinggal di daerah-daerah semacam itu, hanya pernah mendengar cerita dari dosen-dosen ataupun orang-orang di sekitar yang pernah tinggal di daerah-daerah ekstrim semacam itu. Entahlah, tetapi oleh karena hal tersebut, kita sebagai umat Muslim yang tinggal di daerah tropis, khususnya untuk daerah Indonesia sudah sewajarnya bila bersyukur atas segala kenikmatan yang telah dianugerahkan-NYA kepada kita, sehingga kita diberikan kemudahan untuk bisa membiasakan diri dengan puasa ini. Nikmat yang patut kita syukuri.

Lebih-lebih lagi, bukan hanya waktu berpuasa yang relative sama itu, melainkan juga dengan tempat kita yang relative aman. Negeri kita yang aman ini, walau banyak kecamuk di beberapa daerah, tetapi dalam keseluruhan negeri kita relative sama. Coba dibandingkan dengan bagaimana dengan saudara-saudara kita di Palestina sana? Di jalur Gaza di sana? Yang kini, di bulan suci yang penuh berkah ini, bukan hanya menghadapi cobaan berpuasa, melainkan pula cobaan berupa kebiadaban-kebiadaban para tentara hina zionis Israel. Mereka harus berhadapan dengan kekejian para pasukan hina itu setiap waktu, tanpa peduli siang ataupun malam. Coba bayangkan bagaimana sulitnya berpuasa di sana? Dalam keadaan berpuasa semacam itu, mereka pastinya harus mempunyai kekuatan fisik yang luar biasa untuk menghadapi kekejian prajut hina tersebut. Dan ini bisa dibilang bukan lagi perang, tetapi penindasan hina. Jika yang namanya perang, masih memiliki adab ataupun etika. Dalam perang, anak-anak ataupun wanita tidak boleh menjadi sasaran target penyerangan. Sedangkan apa yang dilakukan para zionis? Kalian pasti mengerti sendiri, perbuatan mereka sangatlah pengecut dan hina.

Ya, saudara-saudara kita di daerah Palestina sana tidaklah sedang menghadapi perang, namun suatu penindasan keji yang tidak berperikemanusiaan. Namun semoga saja, semua hal yang terjadi pada saudara kita di Palestina sana merupakan sebuah cobaan dari ALLAH Subhanallahu Wa Ta’ala untuk saudara kita bisa menjemput kebahagiaan hakiki dengan cara syahid. Amin. Dan semoga penindasan itu segera berakhir, dan ALLAH segera menghancur-hinakan para zionis israel ke tempat seburuk-buruknya, serta pada akhirnya negeri Palestina menjadi negeri yang kembali aman dan tenteram dengan kemerdekaan penuh negeri Palestina. Amin.

Dan sekali, untuk akhir kata, patutlah kita bersyukur akan segala nikmat yang kita dapatkan selama bulan suci Ramadhan ini, kita bisa menghadapi masa-masa bulan suci ini dengan begitu mudah dan penuh kenikmatan. Sungguh nikmat yang luar biasa. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.