Yang Lagi HOT!

Posted by : JIM Sabtu, Agustus 16, 2014

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Bismillah. Dalam kehidupan saya di kampus, seringkali saya (atau kami) mendapatkan nasihat atau teguran dari kakak-kakak angkatan yang mana notabenenya lebih senior. Itu adalah hal wajar untuk kami yang kedudukannya bisa dibilang di bawah kakak-kakak angkatan. Dan juga nasihat atau teguran itu merupakan suatu hal yang baik, sehingga sudah sewajarnya kakak-kakak angkatan yang sudah lebih banyak tahu tentang kehidupan gemerlap kampus untuk menasihati adik-adik angkatan yang tergolong lebih baru (dari mereka). Tetapi ada satu hal yang sangat saya sayangkan dalam memberikan nasihat atau teguran tersebut, yaitu terkadang dengan menggunakan kata-kata yang cukup kasar, dan bahkan kakak-kakak angkatan pernah mengajarkan kami (adik-adik angkatan mereka) untuk menasihati teman-teman kami dengan cara yang kasar juga. Sebenarnya hal ini sudah seringkali saya dengar sebelumnya, namun baru kali ini saya ingin membahas dan menyinggungnya di blog saya ini.
“Kancamu sing koyok ngunu iku pisuhono ae dek, cek ndang sadar ngunu loh.”
“Ndang pepeten ae, cek konsep'e iku ndang mari, lek isok langsung paranono ae terus pisuhono nang ngarepe. Aku ae biyen sering dipisuhi kanca sak angkatanku dewe. Tapi aku dewe nyadar, ngunu iku ben ndang dimarikno konsepe.”
Atau perkataan-perkataan lainnya yang kurang lebih maknanya serupa dengan itu, yaitu yang mengajarkan untuk memberikan nasihat kepada orang lain dengan kata-kata sesuka kita bahkan termasuk pula dengan 'memisuhi' orang yang kita nasihati. Sedangkan misuh itu sendiri (maaf jika sebelumnya menggunakan bahasa jawa kasar dan ada yang tidak mengerti maksudnya) bisa diartikan sebagai kata-kata kasar atau dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ditemukan kata misuh (sebagai kata kerja bahasa Jawa) yang berarti memaki. Jadi, apakah ini berarti bila kita ingin menasihati seseorang, kita harus memposisikan diri kita sebagai seseorang yang seakan paling benar dan bisa mengucapkan kata apapun sesuka hati termasuk pula sebuah caci-makian. Tetapi apakah untuk menasihati seseorang harus bersikap semacam itu, terlebih untuk kita sebagai umat Muslim, apakah Islam mengajarkan hal semacam itu?
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-KU, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik.' Sungguh, setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (Q.S Al-Israa' : 53)
Dalam ayat di atas sudah dengan sangat jelas menegaskan kepada kita semuanya selaku hamba-NYA, untuk berbicara dengan kata-kata baik. Karena sebuah perkataan yang kasar/ buruk/ tidak baik itu sebenarnya merupakan sebuah perkataan yang bersumber dari setan dan hanya akan menimbulkan sebuah perselisihan atau bahkan permusuhan. Maka dari itu ALLAH memerintahkan kepada kita untuk berbicara dengan lebih baik untuk menghindarkan kita dari perkataan-perkataan setan itu.

Jadi, masih haruskah berbicara dengan perkataan-perkataan kasar untuk menasihati orang lain? Dan kemudian menyuruh dan mengajarkan kepada yang lebih muda untuk berbicara kasar untuk menasihati orang? Ataukah orang-orang yang lebih senior itu berpikir bahwa bila menggunakan kata-kata kasar akan lebih menusuk dan lebih mudah untuk menyadarkan seseorang? Mungkin itu hanya bagi kalian atau sebagian orang saja yang menganggap demikian, itu tidak lebih dari persepsi seseorang saja. Dan mungkin juga memang benar, satu atau dua kasus berhasil membuat seseorang sadar karena dengan perkataan kasar, tetapi itu berbanding seribu atau bahkan jutaan. Malah, kebanyakan yang terjadi, sebuah perkataan yang kasar hanya akan menyakiti hati seseorang, atau seperti yang disebutkan pada ayat di atas, “menimbulkan perselisihan di antara mereka”, dan yang dimaksudkan setan di sini bisa berarti perkataan-perkataan kasar tersebut. Artinya, perkataan-perkataan kasar = setan. So, masihkah harus menasihati seseorang dengan cara memisuhi-nya?

YA!
Jika masih ada yang bersikukuh dengan mengatakan bahwa pisuhan atau cacian itu secara alami harus ada dalam menasihati/ menegur seseorang untuk memberikan kesan mendalam kepada orang yang kita tegur, maka jawaban menurutku, sebenarnya itu tidak lain adalah sebuah pembawaan karakter seseorang (orang yang menegurnya). Karena mereka mungkin sudah terbiasa dengan perkataan-perkataan kasar sehingga dalam menasihati pun sebuah pisuhan dan mungkin juga hinaan akan hadir mengiringinya. Tapi, coba plis deh, 'mengucapkan perkataan yang lebih baik'. Sebaiknya bila memang ingin menasihati orang lain, lebih baik koreksi diri sendiri dahulu, benahi cara bertutur kata terlebih dahulu, mantapkan hati untuk benar-benar meniatkan diri untuk menasihati bukan untuk melampiaskan amarah, kemudian barulah menasihati orang. Coba pikir deh, padahal dalam menasihati di sini, konteksnya masih dalam ruang lingkup menasihati antar sesama Muslim loh. Sedangkan dalam ajaran Islam, sekalipun untuk konteks berdakwah pada orang-orang kafir, kita tidak diperkenankan untuk berkata kasar atau mencaci-maki mereka. Seperti terkandung pada ayat berikut,
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al An’aam : 108)
Sehingga sebenarnya sudah tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menasihati orang lain dengan kata-kata kasar. Memangnya sudah sebaik atau sesuci apakah kita sampai-sampai berkata kasar untuk menasihati seseorang? Bahkan nabi Musa saja, yang mana kedudukan dan derajatnya jauh lebih tinggi dari kita, diperintahkan oleh ALLAH untuk menasihati dengan kelembutan (seperti pada Q.S. Thaha ayat 44 di bawah), apalagi kita-kita yang masih bergelimang dengan dosa ini, apakah pantas sekiranya kita yang masih bergelimang dosa untuk menasihati dengan kata-kata yang sok benar seakan kita sudah terlalu suci untuk mengatakannya semacam itu?
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
"maka berbicaralah kamu berdua (Musa dan Harun) kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
sumber gambar
So, sudah sangat jelas, tidak sepantasnya pisuhan, cacian, makian, ataupun hinaan terlontar dari mulut kita yang ingin menasihati seseorang, karena nasihat itu tidak akan menyadarkan seseorang, melainkan hanya menimbulkan sebuah perselisihan dan permusuhan. Masih ingatkah kita dengan istilah, 'mulutmu, harimaumu' atau 'lidah lebih tajam daripada pedang'? Yang jelas sekali mengisyaratkan kepada kita bahwa sebuah perkataan yang buruk dapat mendatangkan sesuatu yang buruk pula, dan begitu pula dengan nasihat yang diiringi dengan perkataan buruk, nasihat tersebut tidak akan masuk ke dalam hati seseorang yang ingin dinasihati, melainkan malah akan menimbulkan sebuah pisuhan atau makian balasan dari orang yang sebenarnya ingin dinasihati tersebut. Atau bila pisuhan tersebut tidak dibalas saat itu juga, setidaknya kesan yang menusuk ke hati seseorang tersebut bukanlah nasihat yang sebenarnya ingin diberikan, melainkan sebuah perasaan dendam yang bersarang di hati.

Jadi, kesimpulannya, nasihatilah seseorang dengan perkataan yang lebih baik. Bila kita memang meniatkan diri untuk menasihati seseorang, maka lakukan dengan niat yang benar-benar tulus dan ucapkanlah dengan kata-kata sopan yang memang menyejukkan dan menyegarkan hati seseorang. Mungkin memang nasihat yang kita berikan tidak selalu akan diterima oleh orang yang kita nasihati, tetapi memangnya siapa kita? Kita hanyalah manusia yang diperintahkan untuk saling menasihati, sedangkan urusan nasihat kita diterima atau tidak, semuanya kembali kepada SANG PEMBOLAK-BALIK HATI. Yang terpenting adalah kita sudah berusaha sekeras dan sebisa kita untuk menasihati seseorang. Tetapi bukan berarti usaha keras itu adalah berupa nasihat yang disertai pisuhan. Walau dengan pisuhan sekalipun, yakinkah bahwa nasihat itu akan diterima? Ataukah malah hanya akan menyarangkan sebuah perasaan dendam? Cobalah renungkan dengan baik-baik, khususnya untuk mahasiswa (karena konteks di awal menyinggung tentang kehidupan di kampus), ingatlah, kita dan kalian sudah mahasiswa, pastilah bisa berpikir baik dan jernih. Sekali lagi, coba renungkanlah baik-baik.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (Terjemahan Q.S. An-Nahl : 125)
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Terjemahan Q.S. Al-Qasas : 56)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Terjemahan Q.S. Al-Hujurat : 11)

"Orang yang terbiasa berkata kasar takkan pernah tahu bagaimana sulitnya orang yang terbiasa berkata baik untuk berkata kasar. Dan itu berlaku juga sebaliknya."
~ JIM ~

{ 6 Comments... read them below or Comment }

  1. sebaik apapun nasihat, bila disampaikan dengan kata kata kasar,,,tak akan bermanfaat dan tak akan didengar oleh orang yang kita nasehati......,masuk telinga kiri keluar telinga kanan...
    keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar, sob, maka dari itu gunakanlah dengan perkataan yang lebih baik.
      salam kembali dari Surabaya ^_^

      Hapus
  2. kata yang kasar tentu bukanlah hal yang bijak dalam memberi nasehat, karena kelembutan dan kasih sayanglah yang membuat orang yang dinasehati itu jadi bisa mengerti.
    bukan begituh kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. seharusnya sih begitu, tapi kenyataannya yang terjadi sehari-hari tidaklah demikian

      Hapus
  3. menyimak tentang bagaimana sesungguhnya nasehat yang baik untuk menasehati, kata-kata yang kasar bukanlah solusinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, kata-kata kasar bukanlah solusi, malahan hanya akan memunculkan perasaan benci ataupun dendam pada seseorang yg dinasihati

      Hapus

- Copyright © ShadowZ Space - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -