Yang Lagi HOT!

Posted by : JIM Minggu, Juli 19, 2015

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


Gambar kiriman sobat yang menegur
Idul Fithri yang seharusnya menjadi momen besar umat Muslim yang dirayakan oleh hampir seluruh umat Muslim di berbagai belahan bumi, tampaknya di tahun ini muncul gejolak yang menabuhkan genderang perang (atau minimal kebencian). Yah, mungkin sobat pengunjung semua sudah tahu apa itu, karena media sudah secara besar dan cepat memberitakannya. Jadi, saya yakin, tidak perlu memperjelasnya di sini. Dan kalaupun saya memberitakannya di sini, pasti sudah sangat terlambat. Tetapi, ada alasan keterlambatan akan pemberitaan ini. Dan alasan itu adalah seperti yang dapat anda lihat pada gambar di samping. Ya, karena saya masih meng-klarifikasinya.

Gambar yang terpampang di atas tersebut saya dapatkan sebagai teguran keras kepada saya ketika dalam suatu kesempatan saya membagikan sebuah kabar ke media sosial yang saya miliki. Saat itu, saya mendapatkan teguran untuk melakukan klarifikasi terhadap kabar tersebut terlebih dahulu. Setelah usut punya usut dalam beberapa lama, didapatkanlah ternyata berita yang saya dapatkan tersebut hanyalah fitnah semata. Astaghfirullah. Seketika saya beristighfar. Kemudian menjadi takut dan merinding. Takutnya, saya hanya menjadi orang-orang yang hanya ikut-ikutan menyebar berita bohong tanpa tahu pastinya (atau lebih parah lagi, menjadi orang munafik) seperti yang pernah disindir oleh Allah dalam firman-Nya yang terkandung dalam al-Qur’an surah an-Nur (24) ayat 11 hingga 20. Dalam ayat tersebut dijelaskan bagaimana tingkah orang mukmin saat itu yang ikut-ikutan menyebarkan fitnah yang dibuat orang munafik tanpa mengetahui kabar pastinya. Yang kemudian oleh Allah ditegur dengan turunnya firman tersebut.

Oleh, karena itu, sejak kejadian tersebut, akhirnya saya selalu melakukan croscek dulu untuk mencari kebenaran beritanya sebelum menyebarkan. Biasanya, kalau dapat beritanya hari ini, baru besoknya saya sebarkan.

Nah, kembali ke berita pembakaran yang terjadi di Tolikara. Kalau di media sosial dan media-media lainnya sudah ramai mengguncangkan jagad dunia maya. Di akun-akun saya mungkin masih sepi-sepi saja, karena saya masih mencari kebenaran akan berita ini. Bahkan saya sampai menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari kebenaran ini. Sampai-sampai saya merasa jengkel dan sebal, juga nahan amarah saat mencari kebenaran berita ini. Bagaimana tidak? Masak isi beritanya kebanyakan simpang siur ke sana kemari. Dan dalam hati, mungkin seperti kebanyakan yang dilemparkan sobat-sobat saya di medsos, “KENAPA KALAU YANG MELAKUKANNYA UMAT MUSLIM, SEKECIL APAPUN KESALAHAN YANG DIBUATNYA, PASTI AKAN DISANGKUT-PAUTKAN DENGAN TERORIS. TETAPI KALAU YANG MELAKUKANNYA NON-MUSLIM, WALAU BAHKAN SAMPAI SEPERTI INI, DIBILANG TUNGGU DULU, SABAR DULU, HARGAI TOLERANSI, BIAR DIURUS APARAT HUKUM!”

gambar yang dibagikan Jonru

“SABAR GUNDULMU!”

Ini kurang sabar apa coba, saya cari beritanya ke sana kemari untuk mencari kebenaran, dan sengaja menahan diri agar tidak terprovokasi. Umat Muslim dituntut untuk selalu toleransi, padahal sebenarnya dalam ajaran Islam sendiri, toleransinya tiada duanya. Dan kenapa kalau bukan non-Muslim, tidak dituntut untuk toleransi? Sampai seperti ini kejadiannya?

Huft…. Sabar!
Kembali ke berita simpang-siur itu tadi. Hal yang juga membuat saya sangat jengkel adalah ketika orang nomer dua RI (baca: wapres RI) malah menyalahkan bahwa kasus ini gara-gara speaker mushala. HELLO!!! GILA AJA! Sebenarnya kita ini punya pemimpin Muslim gak sih? Masak hal seperti ini, yang jelas-jelas pelanggaran berat HAM malah menyalahkan speaker mushala. Gak masuk akal banget. Coba pikir deh, kalaupun benar gara-gara speaker mushala terlalu keras, terus masa’ iya sampai bakar mushala serta bangunan-bangunan milik Muslim lainnya. Kalau situasinya di balik nih, misalnya seperti dahulu, saya dahulu sering berada di depan sebuah gereja yang berada di jalan raya. Dan di depan gereja itu memang ada yang jual jajanan seperti pentol dan es dawet. Nah kalau hari minggu, saya mendengar nyanyian kebaktian di gereja itu keluar hingga ke tempat saya yang sedang beli pentol. Jadi, kalau misalnya tiba-tiba gerejanya saya bakar karena mengganggu kenyamanan saya makan pentol, berarti bukan salah saya dong? Salah sendiri suara nyanyiannya sampai keluar.
So, pakailah otakmu, wahai bapak yang terhormat. Sungguh aneh sekali bila menyalahkan speaker mushala untuk kasus semacam ini.

Kabar ini, mungkin memang benar, perkumpulan pihak gereja (lupa apa namanya, kalau tidak salah PGLII) ‘katanya’ memang menyayangkan hal ini dan meminta maaf akan kasus ini. Tetapi, yang saya lihat di televisi, kok meminta maaf pakai membaca teks? Ini beneran meminta maaf dari hati atau cuma sebagai formalitas sih? Saya juga menjadi menyayangkan hal ini.

Baiklah, itu tadi luapan emosi saya yang sudah saya tahan dua-tiga hari ini. Sebenarnya masih banyak sih, seperti ketidak-konsistenan berita di metro, berita bulet di viva & tempo, dan sebagainya. Tetapi sudahlah, cukup itu saja yang saya ungkapkan, karena bisa kepanjangan kalau cuma menulis keluh-kesah ini.

Sekarang kembali ke berita clear-nya. Yang pasti, berita pasti yang bisa saya dapatkan dan simpulkan adalah bahwa sebelumnya dari pihak GIDI sudah melayangkan surat (dan ini sudah diakui sendiri, baca: Pengakuan Kepala Kemenag Tolikara) tentang adanya pelarangan pengadaan Idul Fitri di daerah Tolikara, dan meminta umat Muslim yang hendak merayakannya untuk merayakannya di luar daerah Tolikara tersebut. Sedangkan untuk kronologi, peristiwa, dan pelaku dari kasus tersebut, belum ada kejelasan berita yang saya dapatkan. Tetapi cukup membahas yang jelas saja (surat pelarangan). Dari hal ini saja, sudah jelas bahwa ini pelanggaran HAM. Bukankah mereka (entah siapa yang merasa) sering berkoar-koar tentang toleransi dan HAM. Sekarang?! Di mana toleransi dan HAM tersebut? Bukankah surat itu jelas-jelas tidak seperti apa yang sering dikoar-koarkan?

Jadi, jangan heran deh, bila banyak dari umat Muslim yang ikut gempar dan membesar-besarkan kasus ini. Bagaimana tidak? Biasanya kan, ketika ini terjadi kepada kami (umat Muslim), pasti media akan membesar-besarkannya. Dan saya juga tidak heran bila sampai ada yang berkata, KRISTIANI ITU TERORIS. Bukankah itu yang sering diserukan kepada kami, padahal kami tidak mengetahui apa-apa tentang yang mereka teriakkan.

Baiklah, sebagai penutup, mari kita, umat Muslim, dinginkan kepala kita. Mungkin sudah banyak hal yang kita bagikan mengenai kasus-kasus pembakaran tersebut ke berbagai akun kita. Tetapi cobalah kita juga menjadi pribadi yang tidak hanya bisa menyalahkan orang lain, tetapi jadilah pribadi yang bisa menginstrospeksi diri. Ingat dengan pribahasa ini, kan?

“Semua di seberang lautan tampak. Gajah di pelupuk mata tidak tampak.”

Mungkin ini sudah menjadi kodrat manusia, yang lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri. Maka marilah kita coba melihat hal ini dari dua sisi. Ambil hikmah lain dari kasus ini. Ingat apa yang dibakar pada kasus ini? Ya, itu adalah mushala. Dan ingat, kenapa kita menjadi sangat marah dan ingin menyebarkan berita ini? Ya, kita berjuang atas nama Islam. Dan bila kita lihat dari kasus ini, pelecehan apa yang dilakukan terhadap Islam? Ya, tempat ibadahnya, atau mushalanya. Jadi dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa kita berjuang untuk menjaga rumah ibadah kita. Sekarang pertanyaannya? Apakah di sekitar lingkungan kita ada rumah ibadah kita? Bila iya (dan pasti iya), sudahkah kita menjaga rumah ibadah tersebut? Sudahkah kita sadar untuk menjaganya, sehingga kasus semacam ini juga tidak terjadi di tempat kita? Dan bagaimana cara termudah kita untuk menjaganya? Tentu, dengan memakmurkannya. Jadi, sekarang kembali ke pribadi kita masing-masing. Sudahkah kita turut serta memakmurkannya dengan rutin sholat berjamaah di dalamnya, menghidupkannya dengan mengisi keseharian tempat ibadah itu dengan bacaan suci al-Qur’an. Sudahkah? Sudahkah? Dan sudahkah kita melakukannya? Jika belum, benarkah kita ikut-ikutan menyebarkan kabar itu untuk berjuang di jalan-Nya, atas nama-Nya? Atau hanya sekadar iseng menyebar untuk mendapatkan nama? Coba anda pahami dahulu tafsir surah an-Nisa’ [4] ayat 77 hingga 84.

Di situ dijelaskan bagaimana sikap kaum munafik yang besar mulut, tetapi ciut hatinya. Ketika perintah jihad belum keluar, mereka berkoar-koar berkata tentang jihad seakan mereka adalah seorang mujahid sejati. Namun, ketika Allah menurunkan perintah jihad, seketika segolongan orang munafik yang besar mulut itu segera mundur ke belakang dan menyesalkan turunnya perintah jihad tersebut.

Apakah kita akan menjadi seperti kaum munafik itu? Yang ketika perintah belum datang, sok-sokan menyebarkan kabar ini dan itu seakan-akan adalah orang yang akan memperjuangkan rumah ibadah yang dibakar tersebut. Namun, rumah ibadah di tempat sendiri, bahkan tak terjamah oleh langkahnya. Bukankah ini seperti berteriak jihad tetapi bahkan tidak mau mengambil langkah pertama dalam jihad tersebut? Nah, bagaimana bila kita benar-benar akan diseru untuk berangkat ke Tolikara dan berjihad di sana? Akankah kita berangkat? Atau akan mengelak dengan mengatakan, “sudah ada perwakilannya”? Bukankah seperti itu juga yang terjadi di tempat ibadah di sekitar kita? Kenapa tidak mau berangkat ke tempat ibadah kita? Apakah karena sudah ada perwakilan yang ke sana?

Oh, ayolah sobat, jangan sampai kita menjadi kaum munafik yang hanya bisa berkoar di media sosial, tetapi tindakan nyatanya nol besar. Saya jadi mengingat kembali akan postingan-postingan lama saya yang dahulu seringkali mengingatkan kaum pemuda untuk berjamaah di masjid, karena saya dulu sangat kecewa dengan masjid-masjid di tempat saya yang hanya sebagian besar hanya berisi orang-orang yang sudah lanjut usia. Jadi sekarang, alangkah baiknya, bersamaan dengan penyebaran kasus ini ke media, diiringi pula tindakan nyata berupa tindakan kita untuk menjaga mushala / masjid / tempat ibadah yang ada di lingkungan kita. Yuk pemuda, sebagai generasi penerus bangsa, semangat jihad itu harus dimulai dari hal terkecil, dan dimulai dari diri kita sendiri.



Sumber-sumber terkait :
http://regional.kompas.com/read/2015/07/19/04543041/Kepala.Kantor.Kemenag.Tolikara.Benarkan.Surat.Edaran.GIDI
https://www.facebook.com/azzam.izzulhaq/posts/10204381910892796
dan sumber-sumber lain, seperti tempo.co.id, news.viva.co.id, metronews.com, dan media lainnya yang membuat saya ingin menuliskan postingan ini.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ShadowZ Space - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -