Yang Lagi HOT!

Posted by : JIM Rabu, Agustus 15, 2012

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kotak Curhat

Jika sebelumnya telah memberikan sebuah renungan tentang sholat berjama'ah dan juga mengenai Muslim Sejati, maka kali ini ShadowZ Space akan memberikan sebuah Renungan kembali, tapi kali ini melalui sebuah kisah. Sebenarnya, ini adalah sebuah kisah yang ku dengar dari seorang guruku.
Karena ku pikir kisah ini bagus dan mampu menjadi bahan renungan bagi kita, maka ku tuangkan kembali kisah itu dalam bentuk tulisan ini dengan menggunakan bahasaku sendiri sebagai bahan renungan bagi kita.


Alkisah, pada suatu desa dengan penduduk bermayoritas Muslim yang dikenal taat beragama, di siang bolong harinya tepat saat umat Muslim sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, seorang anak jalanan dengan pakaian compang-camping berjalan mengelilingi desa itu. Dengan memasang wajah ceria, senang, dan tanpa dosa, bocah itu bisa dengan santainya melangkahkan kakinya tanpa memedulikan tatapan geram para penduduk desa sekitar yang menjurus padanya.
Tidak ada satupun penduduk desa yang mengenal ataupun mengetahui asal keberadaan anak jalanan itu, tetapi satu hal yang pasti diketahui oleh mereka hanya adalah anak jalanan ini selalu terlihat muncul pada siang hari di bulan Ramadhan ini dengan menikmati sebungkus minuman segar sambil berjalan mengiming-iming para penduduk yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.


Hari pertama, hari kedua, hingga hari berganti hari, anak jalanan ini terus dan terus melakukan tindakan yang sama tepat pada saat tengah hari. Berjalan mengelilingi desa, membawa sebungkus minuman, sembari mengiming-iming warga yang memandanginya. Para warga semakin dan semakin geram melihat tingkah anak jalanan itu. Sesekali beberapa ingin berusaha menasihati bocah itu, tetapi dengan pandangan menyeramkan yang ditunjukkan oleh anak jalanan itu, warga hanya bisa mengurungkan niat mereka untuk memberi nasihat, karena mereka takut anak jalanan itu akan melakukan aksi nekat yang akan membahayakan warga.
Hingga telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, para penduduk desa yang semakin geram dan tidak mampu menahan amarah mereka yang meluap pada anak jalanan itu, mereka pun berbondong-bondong mengadu pada kepala desa. Setelah para warga menyampaikan duduk permasalahan itu, akhirnya, atas desakan warga, kepala desa pun mengambil sebuah tindakan tegas.
Keesokan harinya, tepat di tengah harinya, kepala desa disertai dengan dua warganya, mendatangi anak jalanan yang terlihat sedang asyik berjalan menikmati minuman segarnya. Kepala desa yang melihat anak jalanan yang menatapnya dengan tatapan tajam menakutkan, membuat kepala desa gentar hatinya. Tetapi, tidak ingin terlihat tiada guna oleh warganya, dengan meneguhkan segenap hati, kepala desa pun memberanikan diri mendatangi anak jalanan itu. Tanpa basa-basi, kepala desa mengenggam lengan anak jalanan itu dan menyeretnya menuju kantor kepala desa untuk diinterogasi.
Di dalam ruang kantor kepala desa, kepala desa yang hanya duduk berhadapan berdua dengan seorang anak jalanan, merasa gentar hatinya, tetapi tetap berusaha memberanikan diri. Tidak mau malu nantinya dengan para warga yang telah menunggu di luar ruangan, kepala desa mulai angkat bicara untuk menceramahi anak jalanan itu, “Kamu tahu ini bulan apa? Ini adalah bulan Ramadhan. Bulan yang disucikan oleh kami umat Muslim, di mana di bulan ini kami menjalankan ibadah wajib puasa. Sedangkan kamu? Apa yang kamu lakukan? Malah mengiming-iming para warga yang sedang menjalankan ibadah puasa. Sekalipun kamu ini tidak berpuasa atau bagaimana, tetapi seharusnya kamu bisa menghormati orang-orang yang taat menjalankan ibadah puasa!!! ….” Kepala desa terus-menerus menceramahi anak jalanan itu dengan memburu tanpa jeda. Tetapi anak jalanan itu hanya menanggapinya dengan santai.
Hingga kepala desa yang berceramah telah mereda, anak jalanan itupun mulai angkat bicara untuk berbalik berceramah dengan santai, “Mungkin memang saya hanya bisa mengiming-iming di bulan suci Ramadhan ini. Tetapi tidakkah bapak sadar? Para warga, pengusaha, ataupun pejabat yang bapak katakan sebagai umat Muslim itu, telah selama ini dengan wajah tanpa dosa bisa dengan santainya mengemudi kendaraan bagus melewati kami para anak jalanan tanpa sedikit pun memandang ke arah kami, bahkan hingga memandang kami dengan rasa jijik mereka, bagai kami ini adalah makhluk hina dihadapan mereka. Betapa tidak itu sangat mengiming-iming kami yang hanya bisa tergiur menatapnya selama ini. Berapa lama itu kalian lakukan? Tanpa memedulikan kami?!? Sebelas bulan!!! Selama sebelas bulan itu kalian bisa dengan seenaknya mengiming-iming kami!!! Sedangkan kami, para anak jalanan hanya bisa berbalik mengiming-iming selama sebulan lamanya. Tetapi apa yang kalian lakukan? Kalian bisa dengan seenaknya menghardik, menghina, dan menghakimi kami sebagai seseorang yang tidak memiliki sopan-santun dan tidak mampu menghormati orang lain. Sedangkan ke mana sebelas bulan lamanya itu? Selama itu kami hanya bisa tergiur tanpa bisa melakukan apapun, kami tidak memiliki kesempatan ataupun wewenang untuk berbalik menghakimi kalian. Selama itu kalian bisa dengan tidak senonohnya melecehkan kami. Sedangkan pada bulan suci ini, kalian bisa berpamer ria untuk menyedekahkan sebagian, hanya sebagian harta kalian kepada kami!! Kalian berlomba-lomba untuk dapat terpandang di masyarakat, kalian melakukannya hanya karena ini di bulan suci, sehingga kalian harus berlomba-lomba terlihat baik. Tetapi ke mana sebelas bulan lamanya itu? Ke mana perasaan kalian itu pada kami? Tidak tahukah kalian betapa sakit dan pedihnya hati kami selama sebelas bulan itu? Dan kalian hanya membayarnya dengan sedikit harta kalian pada sebulan yang kalian kira bisa menghapus rasa pedih ini? Sadarkah kalian itu?”
Kepala desa yang mendengarkan seorang anak jalanan yang berbalik berceramah itu hanya mampu terdiam tanpa kata. Ia bagai telah kehilangan kata, tak mampu membalas sepatah kata pun. Kepala desa hanya termenung seperti kehilangan akal, hingga akhirnya tersadar bahwa seorang anak jalanan yang sejak tadi berceramah telah berhenti berucap. Ketika tersadar itupun, kepala desa sudah tidak menemui batang hidung anak jalanan itu, bocah itu telah menghilang bagai terhempas oleh angin.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ShadowZ Space - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -