- Back to Home »
- Corat Coret Curhat , Renungan , Sudut Pandang-Ku »
- MINDSET YANG SALAH, BAGAIMANA MENJAWABNYA
Posted by : JIM
Selasa, April 29, 2014
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
sumber gambar |
Hei, hei, sobat ShadowZ. Di kesempatan kali ini saya di sini hanya sekadar curhat + bertanya mengenai sesuatu kepada sobat pembaca semuanya. Jika kalian pernah membaca beberapa artikel curhatan saya terdahulu, mungkin kalian mengertilah, saya ini bisa dibilang punya banyak adik. Bukan adik kandung, tetapi bisa dibilang anak-anak kecil usia SD yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri. Nah, kalau sudah menganggapnya sebagai adik, tugas saya sebagai kakak bukan hanya untuk mengajari, tetapi juga mendidik dan memberi pengertian.
Ok, langsung to the point saja. Dari sekian banyak adik tersebut, saya seringkali ditanya (terutama adik-adik kelas 3-5, tetapi pernah juga yang lebih muda dan lebih tua dari itu) seperti ini, “Mas, punya pacar?” atau juga “Mas, siapa pacarnya?” atau mungkin biasanya bila aku bersama dengan teman-temanku (apalagi kalau banyak ceweknya), “Mas, pacarnya yang mana?”. Dan aku pun menjawab, “Gak punya pacar, dek.”, dan seketika mereka akan menjawab kurang lebih, “Kan mas sudah besar, masa’ gak punya pacar. Pasti bohong deh.”
Dan saat itulah... glek.... aku harus menjawab seperti apa? Fyuh.... mungkin ini akibat dari penanaman mindset yang salah oleh orangtua atau kerabat mereka. Mungkin banyak dari orangtua atau kerabat mereka yang mengatakan, "adik itu masih kecil, gak boleh pacaran" ketika sang anak ini sedikit tahu mengenai pacaran. Dan pada akhirnya, tertanamlah mindset yang demikian itu. Mereka akan menganggap bahwa jika usia mereka sudah cukup besar (entah itu, mungkin sekarang kelas 6 SD mereka merasa sudah cukup), maka mereka boleh untuk berpacaran.
Kembali lagi, jika mereka berkata seperti itu, bagaimana aku harus menjawabnya? Kalau dahulu sih aku pernah menjawab, “Dalam Islam tidak diajarkan (atau diperbolehkan) berpacaran”. Tetapi bila aku pikir-pikir, apakah seusia mereka sudah mengerti bila harus dijawab dengan membawa nama Islam, atau bahkan menurutku ada beberapa yang pikirannya sudah tercemar, sehingga bila dijawab dengan hal semacam itu sudah tidak mempan. Apalagi jika ada yang melanjutkan bertanya, “Loh, kenapa dalam Islam tidak diperbolehkan”. Nah, aku berpikir-pikir, kira-kira jawaban apa yang terbaik yang bisa diterima oleh mereka. Jawaban terbaik yang saya miliki sekarang ini sih mungkin... bila yang tanya itu perempuan, aku akan menjawab, “Kamu itu kan perempuan, pasti mengerti bagaimana perasaan perempuan itu. Pasti jika sudah suka dengan seseorang, perasaan suka itu bakalan kuat. Karena itu, saya ini gak mau memberi janji palsu yang hanya akan menggantung perasaan seorang perempuan. Jika memang sudah siap, ya langsung menikah saja.” Atau bila yang tanya itu laki-laki, ya kurang lebih sama lah, tetapi mungkin diawalnya diganti menjadi, “jika kamu tahu bagaimana perasaan seorang perempuan itu”.
Tetapi, entahlah, aku sendiri masih belum tahu, apakah jawaban seperti itu dapat dipahami oleh mereka. Atau.. ah, entah bagaimana. Yah... mungkin jika pembaca di sini memiliki jawaban terbaik untuk pertanyaan-pertanyaan anak kecil semacam itu, tolong bisa di-share pada kotak komentar di bawah ini. Dan terima kasih...
NB :
Percakapan-percakapan saya atau adik-adik yang tertuang pada artikel ini bukan percakapan sebenarnya, cuma kurang lebih seperti itu, yang tentunya sudah di-translate ke bahasa Indonesia (kalau percakapan sebenarnya sih agak kejawa-jawaan).
bagusnya pemikirannya samapai sejauh itu bg, mikirin jawaban yang mudah dicerna oleh anak kecil. Mnurut saya yang terakhir juga agak "rumit" untuk dipahami anak kecil..
BalasHapuslah, ya itu mas, masalahnya, kalau untuk anak zaman sekarang kelas 6 SD ke atas, saya rasa mungkin sudah sedikit paham, tetapi yg masih dibawah itu...
Hapusnah, saya juga bingung jika ditanya semacam itu, harus menjawab seperti apa? cuma itu jawaban terbaik yg bisa saya berikan. mungkin masnya punya jawaban yg lebih baik gitu?