- Back to Home »
- Corat Coret Curhat , Islamic , Renungan »
- TRAGEDI DESEMBER - TOLERANSI KEBABLASAN
Posted by : JIM
Rabu, Desember 31, 2014
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Bismillah.
Di setiap tanggal 25 Desember pada tahun masehi, terdapat sebuah perayaan besar umat kristiani, yang pasti kalian sendiri tahu apa itu. Dan dalam menanggapi akan perayaan itu, umat Muslim (bisa dibilang) terpecah menjadi dua golongan, ada yang anti untuk mengucapkan selamat dan ada yang sok-sokan membela toleransi. Hingga pada akhirnya timbullah sebuah perdebatan panjang yang gak ada ujungnya, dan bahkan perdebatan itu menuju pada ucapan saling mengejek ataupun menghina satu sama lain, yang notabenenya kedua pihak yang saling mengejek itu masih sesama Muslim. HEEELLLLLLOOOOO!!!!!!! Inikah yang kau sebut (dengan sok-soknya) sebagai TOLERANSI! SUDUT MANA YANG DISEBUT TOLERANSI?!?!? BAHKAN SESAMA MUSLIM PUN GAK BISA MENERAPKAN TOLERANSI ITU.
APA KATA UMAT DI LUAR SANA YANG MELIHAT GELAGAT KITA INI?!?
BANGGA? PASTI!
PUAS? LEBIH DARI ITU!
MEREKA PASTI AKAN TERTAWA IBLIS MELIHAT PERTENGKARAN INI, YANG HANYA UNTUK MEMBELA MEREKA.
Huft. Maaf sebelumnya, bila tulisannya di-capslock, seakan terlihat marah. Tetapi, yah, bagaimana lagi, memang lagi emosi.
Tanggal perayaan itu mungkin sudah berlalu, tetapi bekas rasa sakit dan emosi itu masih ada. Bahkan mungkin tak hilang dalam waktu dekat ini. Terlebih, di esok hari, masih akan melalui tahun yang katanya sih baru. Yang mana juga menimbulkan perdebatan menjengkelkan. Oh, come’on, Muslim. Kita adalah umat Muslim, masa’ iya saling menjatuhkan satu sama lain hanya untuk membela umat di luar sana. Ingatlah kita ini adalah saudara, satu tubuh.
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
So, sudah seharusnya deh kita sesama Muslim gak usah saling berdebat sia-sia hanya untuk membela umat di luar kita. Gak ada untungnya toh buat kita? Bahkan mereka mungkin malah senang dan terpingkal-pingkal melihat pertengkaran kita ini. Jadi gak usah deh debat-debat kayak gitu, mungkin inilah mengapa dalam Islam kita tidak diperkenankan untuk berdebat. Karena hanya akan menimbulkan perpecahan.
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah)
“Jauhilah oleh kalian pertengkaran dalam agama, karena ia menyibukkan (mengacaukan) hati dan mewariskan kemunafikan.” (Baihaqi dalam Syu’ab: 8249)
Jadi, sudah deh, gak usah lagi pake debat-debat segala hanya untuk membela dan sok mengatakan TOLERANSI. Sebaiknya, untuk menanggapi hal ini, marilah kita renungkan kembali apa yang tertera pada surah Al-Kafirun ayat 6, “Untukmu agamamu dan untukku agamaku”. Memang sih kita mengakui dan patut mengimani akan Nabi Isa Alaihi Salam, tetapi memangnya benar ya kalau nabi Isa lahir pada 25 Desember? Bahkan dalam kitab Injil sekalipun tidak ada yang menunjukkan secara pasti akan tanggal kelahiran Yesus. Jadi, sebenarnya tanggal 25 Desember itu perayaan apa? (Coba baca dulu ini). Yah, jadi kalau ada umat kristiani yang masih mau merayakan tanggal 25 Desember itu, TERSERAHLAH. Untukmu agamamu dan untukku agamaku. Biarkanlah mereka merayakannya sesuai dengan keyakinan mereka. Itu adalah bentuk toleransi dari kita, umat Muslim. Dan tidak perlu dengan sok-soknya ikut mengucapkan selamat dengan alasan TOLERANSI, tetapi sebenarnya KEBABLASAN.
Yah… mungkin perayaan 25 Desember itu sudah berlalu. Jadi, mau apa dikata, yang berlalu biarlah berlalu. Tetapi semoga saja setelah ini kita semua mendapatkan hidayah lebih atas toleransi kebablasan ini. So, cukup merenungkan kembali akan kesalahan yang telah terjadi, dan kembali lagi lah ke diri kita, identitas umat Muslim yang sebenarnya. Terlebih, di malam ini nanti juga akan ada perayaan yang asal-usulnya juga gak jelas banget. Tahu sendiri lah apa itu. Dan sepertinya saya di sini juga tidak ingin membahas perayaan sesat itu. Lebih baik baca aja deh yang di sini : http://bersamadakwah.net/2014/12/10-alasan-muslim-tak-boleh-merayakan-tahun-baru/.
Baiklah, yang terakhir. Di sini saya hanya sekadar mengingatkan, tidak lebih. Apalagi di sini saya bukanlah siapa-siapa, bukanlah seseorang yang memiliki ilmu tinggi, hanya merupakan pemuda biasa yang hanya prihatin melihat kondisi akhir zaman ini. Jadi, yang saya paparkan di sini tidaklah lebih untuk mengingatkan, baik itu untuk diri pribadi saya ataupun para pembaca. Kita adalah umat Muslim, kita memiliki identitas kita sendiri. Gak perlu sampai ikut-ikutan ajaran umat lainnya. Apalagi sampai bertengkar dengan sesama umat Muslim. Hingga menodai yang namanya toleransi kepada sesama umat Muslim dengan alasan untuk toleransi dengan umat lain. Ingatlah akan pesan Rasul bahwa kita harus bersikap lembut dengan sesama umat Muslim dan bersikap keras dengan orang-orang kafir.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
"Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka." (QS. Al-Fath: 29)
Baiklah, itu tadi pesan terakhir saya. Dan di sini saya menaruh harapan besar. Semoga saja setelah ini tidak ada lagi berbagai acara cekcok ataupun perdebatan yang sungguh menjengkelkan hati yang saya baca dari berbagai media di dunia maya. Amin.
Berbeda pendapat dengan sesama Muslim, kau menghina.
Berbeda ajaran dengan agama lain, toleransi katamu?
Telah butakah matamu untuk melihat arah?
Sehingga tak tahu harus di mana meletakkan hatimu?
~ JIM ~
wa'alaikumussalam warohmatulloh wabarokatuh :-)
BalasHapusYah seperti itulah, mereka yang mengatasnamakan toleransi memang kebablasan. Bagaimana tidak, mereka berlemah lembut kepada penganut agama lain sedangkan kepada saudaranya sendiri bersikap keras.
Semoga saja mereka mendapatkan hidayah, dan semoga umat muslim bisa bangga dengan ISLAM bukan dengan atribut2 non-ISLAM.
Amin.
Hapusmemang begitulah fenomena yang terjadi. semoga setelah ini, setiap Muslim akan bangga dengan ISLAM-nya