Rabu, April 20, 2011
Yah, seperti judulnya, itulah uniknya orang Indonesia, hmmm…. tapi juga mungkin bukan hanya orang Indonesia, atau lebih tepatnya manusia secara keseluruhan. Semakin larangan itu ditekankan, malah membuat semakin banyak yang melakukan.
Jika dilarang buang sampah sembarangan, maka semakin banyak tempat sampah dadakan. Jika dilarang mengotori sungai, maka sungai akan penuh dengan hiasan. Jika terdapat tulisan dilarang kencing disini, maka dipinggir tempat itu akan menjadi pemandian air hangat. Jika dilarang parkir di depan gerbang, maka gerbang akan melayang. Jika dilarang ngebut di jalan, maka akan semakin banyak pemain acrobat jalanan. Jika dilarang mendahului kendaraan lain, maka akan semakin banyak pembalap liar. Jika dilarang terjun ke dalam sumur, maka semakin banyak…… (eh, gak taw dech).
Semakin banyak larangan berterbangan, semakin banyak pelanggar berdatangan. Bagaimana tidak? Papan larangan telah berbaris berdempet-dempet, namun hanya sebagai pajangan semata. Walau tak begitu rapi, bahkan bagai kerumunan semut hitam di dalam kegelapan. Bercampur aduk dengan iklan, rambu, dan papan yang tak jelas lainnya membuat terlihat tak karuan. Kini, siapakah yang patut disalahkan? Aparat atau Keparat?
Entahlah, begitu uniknya manusia, sehingga sulit bagaimana menjelaskannya. Tapi yang terpikirkan olehku, sebenarnya berguna atau tidak dengan adanya larangan atau dapat dikatakan dengan aturan tersebut. Yah, bagaimanapun, seburuk apapun aturan tersebut, tapi lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Larangan, larangan… apakah guna engkau? Bukannya kau mencegah, kau malah membuat semakin banyak yang melakukannya.
Larangan, larangan… kau terdapat dimana-mana, tapi bagai tak terlihat oleh mata. Kehadiranmu hanya sebagai pantulan kaca.
Larangan, larangan… siapakah yang bertanggung jawab atasmu? Tak ada yang tahu. Bahkan banyak orang mengacuhkan kehadiranmu.
Dilarang? Siapa peduli……?
