Yang Lagi HOT!

Posted by : JIM Minggu, Juli 10, 2011

Seorang lelaki duduk di ruang tunggu sebuah apotek untuk menebus obat. Beberapa saat kemudian masuk seorang wanita dengan pakaian ketat dan setengah terbuka bagian (maaf) dada dan pahanya. Si lelaki merasa risih bersebelahan duduk di ruang tunggu itu. Namun entah karena apa, laki-laki tersebut berujar, ”Mbak, tarifnya berapa?”

Mendengar ucapan laki-laki tersebut, spontan wanita itu menjawab dengan nada tinggi. ”Hei, kalo ngomong yang sopan ya. Jangan asal bicara. Saya bukan pelacur. Saya wanita baik-baik!”. Nampak sekali bahwa ia tersinggung.

”Loh, yang bilang Mbak pelacur siapa? Saya juga tidak menuduh Mbak wanita tidak baik-baik? Saya hanya bertanya tarifnya berapa. Sebab cara berpakaian dan berdandan Mbak ini seperti itu”. Laki-laki ini meladeni dengan logikanya sendiri. Orang di samping kiri kanan mulai memperhatikan mereka.

”Hei, dengar ya!”, kata wanita itu semakin tinggi. ”Tubuh, tubuh saya. Pakaian, pakaian saya. Terserah saya mau memakai pakaian yang bagaimana suka-suka saya. Mau setengah terbuka, mau ketat terserah saya. Dasar mata Anda saja yang jelalatan. Pikiran anda saja yang kotor!”. Wanita itu puas berlogika kata. Nampaknya ia merasa menang dengan argumennya. Dengan wajah ketus Ia terus menatap laki-laki di sebelah yang sudah membuatnya berang.


Rupanya lelaki yang dihadapinya itu bukanlah orang yang bermental kerupuk. Dia tetap santai meladeni mulut wanita itu. ”Mata, mata saya. Pikiran, pikiran saya. Saya bebas mau melihat apa saja. Saya juga bebas memikirkan apa saja. Anda saja yang kegeeran”.

Rupanya jawaban laki-laki itu semakin membuatnya marah. Spontan dia berdiri. ”Tidak sopan!. Saya bisa menuntut Anda atas perlakuan tidak menyenangkan. Saya bisa menyeret Anda ke polisi”, katanya dengan nada tegas.

”Silahkan. Saya juga bisa menuntut dan melaporkan Anda ke polisi atas perlakuan tidak menyenangkan. Anda datang ke sini telah mengganggu ketenangan ”adik” saya. Tujuan Anda datang ke sini mau menebus obat atau membangunkan ”adik” saya?”. Ujar pria tersebut.

Tanpa tengok kiri-kanan wanita tersebut keluar meninggalkan apotek tanpa memperdulikan resepnya. Entah apa yang ada di benaknya. Laki-laki tersebut pun bergegas setelah mendapatkan obatnya. Dan entah apa pula maksud di balik aksinya tadi.
***



Hikmah Yang Dapat Diambil
Nah, kini siapakah yg salah? Tidakkah pernah berfikir wanita seperti itu? Bagaimana seseorang mau menghormati dirinya jika ia sendiri tidak pernah mau menghormati apa yg ada pada dirinya?

Banyak pendapat dari anak bangsa ini gigih membela kebebasan berekspresi. Tapi hampir-hampir dengan logika tanpa hati nurani.

Sengaja atau tidak, nilai-nilai rendah seperti pornografi dikemas dengan argumentasi seni. Manusia yang risih dengan keterbukaan aurat dianggap orang yang ”bebal” seni dan tidak paham estetika.

Sementara itu, wanita yg terbuka aurat dianggap telah mampu mengikuti perkembangan zaman dan dianggap memahami seni. Namun, pria-pria yg melihatnya dituduh berotak ngeres dan tidak pernah jauh dari berfikir tentang seks.

Sementara wanita-wanita berjilbab dianggap mengancam pluralitas bangsa dan Pancasila. Mereka dicurigai sebagai agen Arabisasi publik dan Talibanisme. Lucunya, diantara pengeritik itu ada yang namanya ”Muhammad” yang merupakan idiom dari bahasa Arab. 

Lah, piye iki? Sebaiknya sebelum ngomong ganti nama dulu, ”Memet” kek, atau ”Puji” atau apalah yang khas budaya Indonesia.

Bagi seorang muslim yang taat, kata Muhammad bukan sekedar nama dan sebutan tapi juga lambang keluhuran budi pekerti dan akhlak mulia. Sampai ada seorang tokoh yang amat berang dan mengatakan, ”Tidak pantas orang itu menyandang nama Muhammad.”

Kita diberi bentuk tubuh yang indah bukan untuk eksploitasi seni atau apapun namanya. Kita tidak bisa seenaknya menyatakan sebagai milik sendiri serta bebas mau diapakan terserah kita.

Hanya seonggok daging hilanglah kemuliaannya tanpa hati dan akal budi. 

Apalagi tangan, kaki, penglihatan dan pendengaran bukan semata-mata instrumen hidup gratis yang diberikan Tuhan. 

Apakah kita tidak peduli dengan datangnya suatu hari di mana mulut dikunci, tangan berbicara dan kaki memberikan kesaksian? Lalu hati, penglihatan dan pendengaran dimintakan pertanggungjawabannya? Bisakah kita mengelak dari Tuhan?




{ 1 Comments... read them below or add one }

- Copyright © ShadowZ Space - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -