- Back to Home »
- Islamic , Pengetahuan »
- IDUL FITHRI… TELAH KEMBALI PADA FITRAH…? SO.. SEMUA HARUS BARU…? HUKUM MANA TUH…?
Posted by : JIM
Selasa, Agustus 30, 2011
IDUL FITHRI TELAH TIBA…. perayaan gencar sana-sini. Maklum lah… umat Muslim telah berpuasa sebulan penuh, kini saatnya mereka merayakannya dengan penuh semangat (tapi bukannya harus malah sedih coz telah meninggalkan bulan Ramadhan), apalagi kebanyakan dari umat Muslim telah terbiasa mendengar dan telah menganggap bahwa Idul Fithri memiliki makna sebagai hari dimana kembali kepada fitrah. Selain itu juga, seperti Idul Fithri yang sudah-sudah, mereka telah terbiasa menyiapkan berbagai hal baru di sana-sini jauh-jauh hari.
Yap… dua perihal inilah yang ingin gue bahas. Baiklah langsung ke point yang pertama:
Pada setiap menjelang Idul Fithri atau saat-saat telah tiba Idul Fithri seperti sekarang ini, seringkali kita mendengar khotib-khotib, atau seseorang lah yang menerangkan bahwa makna Idul Fithri yaitu kembali kepada fitrah….. HEH… apakah benar…? Yah… setidaknya kebanyakan dari persangkaan mereka menganggap benar. Tapi…. baiklah akan gue tinjau lebih lanjut…
Dari segi lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz FITHRU/ IFTHAAR artinya BERBUKA. Jadi IDUL FITHRI artinya HARI RAYA BERBUKA PUASA. Yakni kita kembali berbuka setelah sebulan kita berpuasa. Sedangkan FITHRAH tulisannya فطرة bukan فطر.
Adapun menurut Syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa IDUL FITHRI itu ialah HARI RAYA KITA KEMBALI BERBUKA PUASA.
“Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. Shaum/ puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan Fithri itu ialah pada hari KAMU BERBUKA. Dan Adha itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”.
SHAHIH. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni jalan dari Abi Hurarirah dalam kitab “Riyadlul Jannah” No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi.
Yah… so, jelas kalo Idul Fithri artinya bukan Kembali kepada fitrah, tapi berarti kembali berbuka puasa setelah sebulan penuh berpuasa.
Yap… langsung ke point nomer dua… Hemh…. beberapa yang lalu, pas lagi ngomong-ngomongan ma temenku, gak sengaja juga sih kedengaran temen2 cewek yang di ujung lagi ngomongin pa gitu, yah… pokoknya da yg bilang, “eh, ntar ke pasar, beli baju baru, bla…bla…bla…” yah kurang lebih kayak gitu lah. Tapi hal yang lebih parah yang ku dengar, “ntar lebaran nie harus punya pacar baru rek…” Dieng….. swt… mungkin maksudnya emank cuma canda ja, tapi tetep ja masak pantes ngomong kayak gitu, emank dikira gak da yang denger napa….? Dan yang pastinya Idul Fithri bukanlah harus memiliki segala sesuatu yang baru kayak gitu lah…
So, jadi apa yang harus dilakukan saat Idul Fithri? Berdasarkan hasil searching di google, ‘Idul Fithri hendaklah disambut dengan acara-acara yang dianjurkan oleh Al-Quran dan Al-Sunnah, yaitu seperti berikut:
1) Memperbanyak Ucapan Takbir
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud : “Dan sempurnakanlah puasa kamu mengikut bilangan dari dalam bulan Ramadhan (29 hari atau 30 hari) dan bertakbirlah (membesarkan Allah s.w.t.) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu, semoga kamu bersyukur.” (Q.S.Al-Baqarah:185)
Sabda Rasullullah s.a.w. pula yang bermaksud : “Hiasilah Hari Raya kamu dengan takbir dan rahmat .”
Sabda Rasullullah s.a.w. pula yang bermaksud : “Hiasilah Hari Raya kamu dengan takbir dan rahmat .”
2) Menunaikan Zakat Fitrah
Walaupun dibolehkan pembayarannya sejak awal Ramadhan, yang afdal ialah pada pagi Hari Raya selepas solat Subuh sebelum solat ‘Id didirikan. Ini menurut hukum yang dilakukan pada zaman hayat Rasullullah s.a.w. dan para sahabat serta tabi’in yang lalu.
3) Menghadiri Upacara Sholat Id
Para umat Muslimin dan Muslimat, tua dan muda, termasuk wanita-wanita yang haid disunnatkan menghadiri upacara perhimpunan tahunan tersebut bagi masyarakat Islam setempat. Kehadiran mereka untuk menghayati syi’ar keagungan Islam dan perpaduan ummah, disamping itu mereka juga berpeluang bertakbir (membesarkan Allah s.w.t.) beramai-ramai, mendengar khutbah ‘Id yang penting, berzikir dan mengaminkan doa yang dibacakan oleh imam. Bagi yang tidak uzur berpeluang mendirikan solat ‘Id (Hari Raya).
“Dari Ummu ‘Atuyah r.a. ujurnya : Kami disuruh membawa gadis-gadis kecil dan wanita yang haid pada Hari Raya (Idul Fithri dan Idul Adha), agar mereka menyaksikan kebajikan dan doa kaum Muslimin tetapi wanita-wanita yang sedang haid itu terpisah dari tempat sholat.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Perlu diingatkan, bahwa Hari Raya Puasa kita disunnatkan makan atau minum terlebih dahulu, kemudian pergi ketempat sholat, tetapi untuk Hari Raya Haji sunat tidak makan terlebih dahulu, sebaliknya kita bersegera menghadiri Sholat Id. Solat Idul Adha disegerakan lalu menyembelih binatang qurban, kemudian kita pulang dengan membawa daging qurban, lalu dimasak dan baru makan.
Pada pagi Hari Raya, kita juga disunnatkan untuk mandi dan memakai pakaian yang serba baru atau yang bersih dan indah. Kemudian ketika pergi tempat solat, pergi melalui satu jalan dan pulang melalui jalan yang lain, dengan tujuan dapat bertemu lebih ramai sahabat dan saudara sesama Islam. Kita sama-sama mengucapkan Salam Idul Fithri sambil berbalas-balas senyuman, sama-sama menyatakan rasa syukur ke Hadirat Allah atas petunjuk dan pertolongan-Nya sehingga kita berjaya menundukkan nafsu sepanjang bulan Ramadhan.
Pada zaman Rasulullah s.a.w. dahulu, sholat Id diadakan di tanah lapang karena masjid-masjid pada zaman itu kecil-kecil. Kini sholat Id dapat diadakan dimasjid. Namun, jauh lebih baiknya jika dilaksanakan di luar ruangan/ masjid untuk memberi peluang para wanita yang uzur (haid) duduk ditempat itu supaya mereka dapat sama-sama menikmati syi’ar Idul Fithri atau Idul Adha.
4) Amalan-amalan Menjelang Hari Raya Puasa
Umat-umat Islam digalakkan melakukan I’tikaf beramai-ramai dimasjid pada malam-malam sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan (malam ke-21 hingga malam ke-29 atau ke-30) karena berharap dapat bertemu malam LAILATUL QADAR atau malam kemuliaan yang mempunyai nilai lebih baik daripada 1000 bulan. Amalan ini dilakukan pada zaman hayat Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabat serta abad-abad berikutnya, bahkan hingga kini masih dilakukan begitu bersemarak di negara Islam, khususnya di Masjidil Haram (Makkah), tetapi malangnya dinegara kita kebanyakkan umat Islam menyambut Idul Fithri lebih tertumpu dalam bentuk fisikal atau lahiriah, yang mana tidak sesuai dengan pengajaran Islam. Sejak awal Ramadhan lagi, mereka lebih tertumpu ke pusat perbelanjaan, melengkapkan persiapan membeli pakaian, hiasan rumah dan lain-lain lagi. Apabila Hari Raya sudah hampir tiba, kebanyakan rumah-rumah lebih tertumpu dalam menyediakan kue-kue, berbagai makanan, dan lainnya.
Setiap individu Muslim dan Muslimah wajib menilai segala aktivitas yang telah berjalan selama ini, yang telah menjadi ‘budaya’ termasuk bentuk acara menyambut Idul Fithri. Ciri-ciri yang diambil dari budaya luar Islam atau warisan budaya asing, yang tidak sesuai dengan aqidah dan syari’ah Islam hendaknya ditinggalkan. Kita boleh menyediakan makanan, minuman dan kue-kue untuk Hari Raya tetapi hendaklah dalam bentuk sederhana. Demikian juga dengan perhiasan rumah, pakaian untuk diri dan anak-anak mestilah sesuai dengan ekonomi keluarga. Acara silaturahmi orang tua, saudara-saudara, kaum kerabat, orang-orang yang berjasa kepada kita seperti para guru dan sahabat, sebenarnya tidak terbatas ketika Hari Raya saja, tetapi perlu dilakukan pada hari dan bulan lain juga, sebagaimana sabda Rasullullah s.a.w.yang bermaksud : ” Ziarahilah saudara-saudara kamu dari masa ke masa karena ia boleh menambahkan kasih sayang.” Lebih-lebih lagi bersilaturahmi ke orangtua kita, hendaklah dilakukan labih kerap dan janganlah menunggu Hari Raya saja. Amalan meminta maaf juga perlu dilakukan dengan segera apabila kita terasa telah melakukan kekhilafan serta kesalahan pada orang lain.
Owh… satu hal lagi, hampir kelupaan. Karena tahun ini Idul Fithri di Indonesia mengalami perbedaan lagi, so.. gue hanya ingin menyampaikan bahwa gak perlulah ribut-ribut dengan masalah-masalah seperti itu. Cukuplah yakin mana yang benar, dan laksanakan saja sesuai hal yang diyakinkan. Tak perlu ribut bukan? Baiklah…… sekian saja yang bisa disampaikan…. Semoga Bermanfaat……
Beberapa hal bersumber dari :