- Back to Home »
- Renungan , Sudut Pandang-Ku »
- DIPASTIKAN, LEBIH DARI 90% GAGAL UN
Posted by : JIM
Jumat, April 19, 2013
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Apa?!? Dapat dipastikan lebih dari 90%
gagal UN? Ya, sepertinya memang begitu, tetapi… ups, ini bukanlah berita
ataupun info, melainkan hanyalah sebuah opini. Eh?! Jadi, maksudnya aku hanya yakin
bahwa kebanyakan dari peserta UN pasti gagal UN. Tetapi tunggu, jangan terlalu
heboh terlebih dahulu, saya sudah mengatakan bahwa ini hanya opini, tetapi juga
bukan berarti bahwa saya pesimis dengan mengatakan akan banyak siswa yang ‘tidak
lulus’ dalam UN. Karena, istilah kata ‘gagal’ di sini, bukanlah dalam arti
sebenarnya, atau setidaknya bukan kata gagal yang dimengerti oleh masyarakat
pada umumnya.
Baiklah, langsung saja masuk ke topiknya, akan saya jelaskan maksud ‘gagal’ di sini.
Dalam menanggapi berita-berita dalam
layar televisi, yang sering menyebutkan bahwa banyaknya lembaran ujian yang
‘kisruh’, alias banyaknya lembaran yang penyebarannya tidak merata ke seluruh
pelosok Indonesia, yah dengan kata lain UN tahun ini tidak berjalan lancar,
maka saya di sini juga ingin ikut menyampaikan unek-unek saya. Terlebih,
sekarang ini banyak sekali para peserta UN yang merasa jengkel, bahkan ada yang
sampai dengan ‘sadisnya’ mengatakan bahwa mereka (peserta UN) bagaikan seperti
kelinci percobaan, karena memang UN tahun ini merupakan percobaan untuk
menggunakan system barcode.
Nah… tapi di sini, saya tak ingin
seperti para peserta UN lainnya itu, yang hanya bisa menyalahkan para pihak
pendidikan yang menciptakan system ini. Ya, karena sebenarnya, pada dasarnya
mereka (para panitia UN/ menteri pendidikan) hanya ingin agar UN bisa berjalan
dengan jujur, walau mereka melupakan akan kelancaran pelaksanaannya. Nah, jadi
sekarang masalah utama yang akan jadi topik saya adalah kembali kepada individu
masing-masingnya.
Sebelumnya, alangkah baiknya kita
memahami terlebih dahulu, untuk apa sih UN itu? Coba deh simak dan renungkah
terlebih dahulu artikel yang ku posting sebelum ini, terlebih pada point
kelimanya.
Baiklah, sekarang coba kita kupas kata
UN, yaitu UJIAN Nasional. Yupz.. dengan adanya kata ‘UJIAN’, pasti itu untuk
menguji akan ilmu yang kita miliki selama kita melakukan pembelajaran di
sekolah masing-masing. Ya, ujian itu pasti ada, bahkan dalam kehidupan realita
sehari-haripun kita selalu akan berhadapan dengan kata ‘ujian’ itu, oleh siapa
lagi jika bukan oleh ALLAH. So, ujian itu sebenarnya merupakan sesuatu yang
biasa, gak perlu deh sampai ‘berlebihan’. Yang penting, yang perlu kita lakukan
adalah berusaha terlebih dahulu dengan niat yang sungguh-sungguh, kemudian juga
diiringi dengan dzikir dan doa agar kita tetap sadar bahwa semua tetap akan
kembali kepada-NYA. Dan yang saya maksud ‘berlebihan’ di sini adalah, hingga
sampai para peserta UN melakukan berbagai kecurangan, seperti mencari bocoran
jawaban dan juga lain sebagainya…
Dan yang lebih parah dan lebih aneh
lagi, padahal mereka (para peserta UN) itu sudah mulai rajin beribadah dan
berdoa ketika akan menghadapi UN, tetapi kenapa? Kok masih saja melakukan
berbagai kecurangan??? Padahalkan, dengan ibadah dan doa, bukankah seharusnya
kita menjadi sadar akan keberadaan dan takdir-NYA??? Nah terus kenapa masih
saja melakukan kecurangan yang jelas itu merupakan suatu ‘DOSA’??? Sebenarnya,
dimanakah letaknya rasa malu manusia itu?
Ingatlah, ‘ujian’ di sini adalah untuk
menguji sejauh mana sih ilmu yang kita miliki selama melakukan pembelajaran
panjang di sekolah itu. So, untuk apa sekolah? Jika pada akhirnya harus
bersusah-payah untuk membeli bocoran jawaban (ataupun kecurangan lainnya)? Kenapa
gak dari awal saja beli ijazah, lak wes mari seh, beres... Kenapa harus susah-susah
mondar-mandir selama tiga tahun, jika tujuan akhirnya tidaklah lebih dari
sekadar nilai???
Ya, so, untuk apa sekolah??? Bukankah
tujuan ujian adalah untuk menguji ilmu yang telah kita miliki selama
bersekolah? Tetapi, mungkin sebenarnya ujian utama dan terbesar bukanlah ujian
yang dihadapan kita (para peserta UN yang sedang menghadapi mapel UN
dihadapannya). Ya, ujian utamanya bukanlah untuk menguji ilmu Matematika,
Bahasa Inggris, ataupun ilmu dari mapel lain. Ya, bukan itu, tetapi, lebih dari
itu, ilmu kecil yang mendasar dan sering dilupakan. Ilmu yang sesungguhnya
selalu kita pelajari dalam kehidupan sekolah sehari-hari (dan bahkan bukan
hanya di sekolah). Terlebih, jika itu adalah murid Madrasah, bukankah di Madrasah
ada sebuah mapel yang sebenarnya tidak bisa diujikan dalam bentuk tertulis, ya
itu adalah mapel Aqidah-Akhlak. Dan ingatlah, dalam pelajaran tersebut,
terdapat sebuah ILMU yang juga ikut ambil bagian, dan bahkan yang mendasari
dalam UN. Ya, itulah ilmu kejujuran. Bagi kalian yang sudah menghadapi UN,
pasti menyadari, di bagian belakang lembar jawaban UN terdapat sebuah kata-kata
yang jelas-jelas menekankan pada para peserta UN untuk melakukan suatu
kejujuran (aku lupa bagaimana kalimatnya).
Yah… ilmu terberat yang sebenarnya
diujikan dalam UN tidak lain adalah ilmu kejujuran. Bahkan, bukankah sebelum/
selama pelaksanaan UN para peserta sudah melakukan berbagai macam dzikir dan
doa agar dapat lulus UN? Lantas kenapa harus melakukan suatu kecurangan jika
sebenarnya ujian utamanya adalah ‘ilmu kejujuran’? Bukankah dengan begitu itu
sudah menunjukkan bahwa banyak dari peserta UN yang telah gagal UN? Gagal
menghadapi ujian yang sebenarnya? Ya, itulah maksud dari opiniku ini, ‘gagal
UN’ di sini adalah karena telah gagal menghadapi ujian yang sebenarnya, yaitu ilmu
kejujuran. Tetapi, aku hanya mengatakan sebagian besar, karena aku masih yakin
bahwa masih ada beberapa orang yang mencoba untuk menghadapi ujian kejujuran
ini dengan segenap tenaga dan sepenuh hatinya. Yah… walau itu mungkin tidak
sampai 10% dari keseluruhannya…
setuju masbro..!
BalasHapusaktivitas tdk jujur dlm ujian itu sdh turun temurun atw biasa di isitilahkan 'sdh tradisi', jd klo pun lulus tp dgn hasil yg curang maka itu sdh gagal namanya, ujung2nya ntinya kebawa2 ke jenjeng pendidikan yg lain hingga PNS..
ya sob...
BalasHapusmaka dari itu...
tetapi sulit sepertinya utk mengajak 'hanya' kejujuran, apalagi mengajak pada kebaikan lainnya...
iya nih, takut, ntar saya melaksanakan UN tahun depan.. T_T
BalasHapusgak perlu takut...
BalasHapusasalkan sudah ada niat, usaha, do'a, dan tawakkal, semua akan bisa dijalani dengan baik koq... ^_^