Yang Lagi HOT!

Posted by : JIM Rabu, Januari 29, 2014

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Berkenaan dengan tema “Punyakah Kita Modal Sejarah dan Budaya untuk Bangsa Kita Berjaya?” yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul “Pesantren Melahirkan Pemimpin Bangsa” di www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya setuju karena di dalam artikel tersebut terkandung sebuah pesan mendalam yang secara tersirat menyatakan bahwa Indonesia memiliki sejarah para tokoh-tokoh pesantren yang menjadi tokoh revolusioner bagi kejayaan bangsa Indonesia. Kesepakatan saya ini didasarkan pada pandangan saya dalam melihat tonggak sejarah dan budaya bangsa Indonesia yang mana sejatinya dapat dijadikan sebagai modal bagi kejayaan bangsa Indonesia, termasuk pula sejarah dari para tokoh-tokoh yang merupakan alim ulama ataupun lulusan-lulusan pesantren. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa sejak zaman pergerakan hingga saat krisis bangsa tahun 1998, banyak sekali tokoh-tokoh lulusan pesantren yang berjuang di carut-marutnya kondisi Indonesia saat itu untuk menjadikan situasinya normal kembali. Namun sayangnya, kita sebagai penerus bangsa ini sedikit dan jarang sekali yang mau sadar dan memahami akan modal sejarah bangsa yang luar biasa ini.

Mungkin banyak di antara kita yang menganggap bahwa lulusan-lulusan pesantren hanya dapat menjadi seseorang yang berkecimpung dalam masalah keagamaan, urusan-urusan KUA, atau mungkin hanya mampu berdiri di dalam Masjid, yang tidak mampu membawa perubahan besar bagi bangsa. Tetapi mari kita lihat kembali bagaimana sejarah bangsa ini. Coba lihatlah bagaimana sejarah KH. Hasyim Asy’ari yang berjuang pada masa pendudukan Jepang, yang ditangkap secara paksa tanpa alasan jelas oleh tentara Jepang. Kemudian setelah kemerdakaan Jepang, melalui pidato-pidatonya Kiai Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Juga lihat bagaimana sejarah dari KH Ahmad Dahlan, yang membawa gerakan Reformasi ke Indonesia. Dan pada tahun 1909, KH Ahmad Dahlan masuk ke Boedi Oetomo dengan maksud mengajarkan agama kepada para anggotanya. Pelajaran-pelajaran yang diberikan beliau memenuhi harapan dan keperluan anggota-anggota Boedi Oetomo tadi. Sebagai bukti, mereka menyarankan agar Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen, sehingga kemudian didirikanlah Muhammadiyah.

Demikianlah, sebenarnya jika kita mau menyelisik lebih jauh, banyak dari tokoh-tokoh revolusioner/ pahlawan nasional yang merupakan seorang alim ulama ataupun lulusan pesantren. Bisa kita lihat contoh lainnya, Pangeran Antasari yang menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, Tuanku Imam Bonjol yang merupakan seorang pahlawan dari minangkabau, Gus Dur alias Abdurrahrahman Wahid yang merupakan presiden ke-4 Republik Indonesia dan masih banyak lagi contohnya yang dapat kita jadikan semangat modal sejarah kita ke depannya.

Dengan modal sejarah bangsa yang begitu besar semacam itu, seharusnya kita bisa membawa bangsa ini menuju kemajuan yang lebih, bukan hanya dari segi teknologinya, melainkan pula dari segi akhlak, moral, kepribadian, serta budaya bangsanya. Ya, selain teknologi yang maju, akhlak serta moral memang seharusnya dituntut untuk menjadi lebih baik untuk dapat mengimbangi akan kemajuan teknologi ini. Lihatlah bagaimana Indonesia zaman sekarang ini, kemajuan teknologi yang datang dari luar tidak mampu diimbangi oleh akhlak serta moral generasi penerus bangsa ini, dan apa jadinya? Tentu, kita hanya menjadi Negara dengan generasi konsumtif bagi kemajuan-kemajuan teknologi, hanya mampu berfoya sebagai pengguna, hanya mampu mengikuti namun tanpa bisa menjadi generasi produktif yang membawa sebuah inovasi baru. Dan ini karena apa? Sekali lagi, karena akhlak dan moral.

Andai saja kita mau memperbaiki itu semua, terutama dari segi akhlak dan moral, mungkin kita bisa menjadi bangsa yang dikenal di mata dunia. Apa itu mungkin bagi bangsa Indonesia? Tentu saja. Bahkan mungkin kita bisa jauh lebih maju, lebih dari sekadar macan Asia, lebih hebat dibandingkan Indonesia pada era 60-an saat Indonesia dikenal sebagai macan Asia. Salah satu bangsa yang dahulu disegani di mata dunia. Dan itu bisa menjadi modal bagi kita untuk tidak pesimis, modal bagi kepercayaan kita bahwa kita bisa kembali menjadi salah satu bangsa yang memiliki kekuasaan di dunia. Kita pernah menjadi, dan generasi penerus bangsa inilah yang akan kembali mengukir sejarah itu. Dan seperti yang saya katakan, mungkin kita bisa menjadi lebih dari macan Asia, karena kita adalah seekor garuda, kita bisa menjadi seekor garuda yang mampu terbang tinggi dan bebas memantau dunia. Tetapi mungkin sekarang sayap garuda ini masih terluka, terluka karena akhlak dan moral bangsa yang rusak. Ya, jika Negara ini kita ibaratkan sebagai garuda, maka kita (generasi bangsa) ini adalah sayapnya. Sekarang generasi bangsa yg rusak ini dapat diibaratkan bagai sayap garuda yang sedang terluka. Tentu untuk mengobati lukanya, kita harus memperbaiki kondisi generasi yang rusak ini.

Salah satu hal yang saya setujui dan hal awal yang menarik saya pada artikel dari darwinsaleh.com (seperti disebutkan di atas) adalah dari judulnya, tertera jelas “Pesantren Melahirkan Pemimpin Bangsa”. Dari judul ini saja sudah secara jelas mengindikasikan bahwa sebuah lulusan-lulusan pesantren yang mampu menjadi pemimpin bangsa untuk mampu membawa kejayaan bangsa Indonesia, seperti pada sejarah-sejarah sebelumnya. Dan menurut saya, mungkin hal inilah yang mampu mengobati luka pada saya garuda, memperbaiki akhlak serta moral generasi bangsa yang telah rusak untuk menjadi generasi yang lebih baik yang mampu membawa kejayaan bangsa. Mungkin memang tidak semua pesantren akan melahirkan lulusan yang beretika, berakhlak, bermoral, serta berwawasan luas, bahkan mungkin hanya sedikit lulusan yang berkriteria seperti itu. Tetapi lebih baik sedikit daripada tidak ada. Dan dari yang sedikit itu pula diharapkan mampu menjadi seorang revolusioner bagi bangsa.

Jadi, inti dari pandangan saya pada artikel ini adalah kita sebagai bangsa janganlah hanya menatap ke depan akan kemajuan-kemajuan yang ada (karena jika demikian, seperti inilah generasi bangsa kita, terlihat seakan bangsa maju yang mengikuti perkembangan zaman, mulai dari anak kecil hingga orang tua telah mengenal teknologi, tetapi di balik semuanya sayap garuda sedang terluka, terluka karena akhlak serta moral yang telah ternodai), melainkan pula kita harus mau menatap apa yang ada di masa lalu, melihat sejarah-sejarah bangsa ini di masa sebelumnya, untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dan menjadikan pencapaian baik yang telah dilakukan di masa lalu sebagai motivasi serta semangat kita untuk bangkit dan berjaya. Keberhasilan dan pencapaian yang telah ditorehkan para alim ulama kepada bangsa ini, bukan hanya dari segi duniawi, melainkan pula dari akhlak serta moral untuk kehidupan di akhirat kelak. Dan harapan terbesar saya, yaitu semoga kelak akan muncul generasi-generasi pemimpin bangsa ini yang mampu membawa keutuhan bangsa menuju jalan yang lebih baik, menuju kemajuan yang tidak hanya dilihat dari segi duniawi tetapi juga dari segi ukhrawi, yang mampu mengobati luka sayap garuda untuk membawa bangsa ini terbang memantau di atas dunia.



DAFTAR REFERENSI

http://darwinsaleh.com/?page_id=38
http://pahlawannasional.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/
http://ramalanintelijen.net/



Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.

{ 2 Comments... read them below or Comment }

  1. Setuju banget...
    Akhlak itu di atas segala-galanya. Kalau hanya fokus membahas teknologi, politik, pendidikan, dsb, tapi akhlak dikesampingkan, tetap aja hasilnya akan cacat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, makanya akhlak juga patut didahulukan...

      Hapus

- Copyright © ShadowZ Space - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -