Yang Lagi HOT!

Posted by : JIM Senin, Juli 13, 2015

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

OSPEK PENS 2014
Bismillah. Pertama-tama saya memohon maaf untuk semua pihak yang terkait dalam artikel ini bilamana ditemukan kata-kata yang menyinggung. Dan saya juga menghimbau untuk seluruh pengunjung membacanya dengan seksama dan secara penuh dari awal hingga akhir, sehingga tidak ada miss-comm atau kesalah-pahaman nantinya.

Artikel ini saya tulis menanggapi dan menyampaikan pandangan saya terkait dengan isu yang kini marak beredar di kalangan pelajar. Sebut saja, sebuah artikel dari Ganis Mahesa Putra yang kini sedang menggemparkan jagad media di kalangan pelajar. Setelah saya membaca status dari saudara Ganis yang bisa dibilang masih baru tersebut, saya tidak menduga ternyata sudah banyak respon yang menanggapi tulisan tersebut, mulai dari komentar-komentar di dalam status tersebut, kaskuser yang juga ikutan buat thread serta komentar-komentar di dalamnya, bahkan hingga para psikolog ikutan nimbrung dengan membuat status untuk menanggapinya. Waw, padahal status ini masih cukup baru, tapi sudah heboh. Baiklah, tidak berlama-lama lagi, saya ingin segera mengutarakan pendapat saya. Sedangkan yang ingin membaca status lengkapnya, silahkan langsung menuju status saudara Ganis berikut.

OSPEK (atau mungkin MOS untuk pelajar SMP/ SMA) merupakan sarana pengenalan mahasiswa-mahasiswi baru di lingkungannya yang baru, yaitu kampus (dan lingkungan kerja nantinya), terutama bagi mereka dari perantauan yang mungkin kehidupan sosialnya berbeda dengan yang ada di sekitar kampus. Sekaligus sebagai media AWAL pengakraban mahasiswa-mahasiswi baru kepada para senior-seniornya. Kenapa di sini saya menekankan awal? Karena setelahnya pasti akan banyak lagi serangkaian kegiatan yang akan mengakrabkan junior dengan senior. Dan di sini, saya secara penuh sangat setuju dengan adanya OSPEK. Karena besar sekali manfaat yang pastinya akan didapatkan. Sebagai salah seorang yang telah pernah menjadi seorang peserta sekaligus pelaku/ pengada OSPEK, saya telah merasakan besarnya manfaat dari OSPEK tersebut. Dan saya mungkin tidak bisa menyebutkan apa saja manfaat yang terkandung di dalamnya, karena ada cukup banyak, dan mungkin sedikit di antaranya telah disebutkan dalam status saudara Ganis. Tetapi percayalah, ada lebih banyak manfaatnya jika kalian sudah pernah merasakan dan meresapi makna yang terkandung di dalam OSPEK.

Ya, saya memang benar-benar setuju dengan adanya OSPEK dan awalnya memang setuju dengan pendapatnya saudara Ganis, tetapi mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada saudara Ganis, karena semakin saya membaca status anda hingga akhir, perlahan-perlahan saya menjadi kurang nyaman dengan tulisan anda. Dan pada akhirnya, saya tidak setuju dengan pendapat yang ada pada status saudara. Baiklah, mungkin di awal status sudah tertulis, “khusus buat tambang, jangan dishare buat umum”, tetapi ayolah mas Ganis, berpikirlah cerdas. Anda mengeshare di tempat umum di media sosial, cobalah berpikirlah cerdas, anda pasti sudah lama berada di negeri maya tersebut, bukan? Dan pasti tahu bagaimana ‘tentakel-tentakel’ medsos akan dengan cepat bekerja untuk menyebarkan status-status. Kalau memang untuk privat, ya baiknya ditulis hanya di tempat khusus saja, jangan di public. Jadi, jangan salah bila sudah sangat banyak respon dari umum yang menanggapi status anda.

hasil screenshot
Jadi, untuk seseorang yang juga ikut membaca status tersebut, saya tidak bisa mematuhinya. Tetapi untuk poin berikutnya, “ambil nilai intinya, bukan kalimat per sajak”, baiklah saya akan menurutinya. Dan sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bila menyinggung, tetapi inti yang saya ambil dari tulisan anda adalah bahwa anda adalah orang yang sangat angkuh dan sombong, merasa bahwa diri anda adalah orang yang sangat, sangat hebat, jauh lebih hebat dari dokter, pengusaha sukses, psikolog, dan sosiolog. Sehingga tidak mengherankan bila anda tidak menginstopeksi diri sendiri. Anda berkali-kali berkoar-koar seputar etika dalam status tersebut, tetapi bahkan kata-kata anda dalam status tersebut tidak beretika yang baik dan benar. Bisa-bisanya anda menghardik, menghina, dan menjatuhkan harga diri seorang maba (mahasiswa baru) / junior yang bahkan belum anda temui dan ketahui karakteristiknya. Padahal anda sendiri yang berkata, “Etika dan sopan santun terhadap yang lebih tua diutamakan. YANG TUA PUN JUGA MENGHARGAI YANG MUDA.” Tetapi di tulisan anda, saya tidak menemui ada sebuah kata yang menghargai yang muda. Bahkan yang ada, seolah-olah senior (yang tua) berkuasa penuh terhadap junior (yang muda), dan anda menggunakan prinsip jahiliyah, “Senior selalu benar!” Oh, ayolah, mas Ganis. Ini di kampus, namanya MAHA-siswa, berpikirlah yang cerdas. Apakah anda kira, semua maba itu baru saja lulus dari SMA dan tidak tahu apa-apa? Apakah anda pernah mencoba untuk peduli kepada maba dengan cara mencari tahu tentang mereka. Apakah anda tahu, jika orang-orang kuliah itu ada yang sebelumnya pernah bekerja dulu sebelum memasuki dunia perkuliahan dan terjun langsung ke kehidupan (yang anda sebut) nyata? Kalau anda belum tahu, ada loh orang yang bekerja dulu sebelum kuliah, entah itu bekerja untuk memenuhi biaya kuliahnya ataukah karena mereka memang harus banting-tulang untuk kehidupan keluarganya, sehingga mengharuskan mereka terjun ke kehidupan nyata terlebih dahulu. Dan bisa jadi junior itu lebih berpengalaman di kehidupan yang disebut nyata itu daripada para seniornya. Dan sementara anda sebagai senior seolah-olah mengatakan bahwa anda lebih tahu dan lebih berpengalaman di kehidupan nyata dibandingkan junior.

Kalau boleh curhat nih. Ketika saya dahulu menjadi senior yang bertugas mengadakan OSPEK, kami tidak mentah-mentah meng-klaim bahwa semua maba tidak tahu apa-apa. Kami melakukannya by data, kami mengambil sampel beberapa orang yang menjadi maba, kemudian mencari tahu tentang mereka (biodata dan riwayat hidup mereka). Dan kami menemukan bahwa ada beberapa maba yang sebelumnya sudah bekerja terlebih dahulu, bahkan LEBIH TUA dari kami sebagai senior. Dari sana, akhirnya kami berpikir, bagaimana kita melakukan OSPEK untuk mengenalkan lingkungan kampus ini? Takutnya ‘orang yang sudah lebih berpengalaman’ tersebut tidak mau mengikuti OSPEK karena mereka merasa gak ada untungnya OSPEK dan lebih tahu tentang OSPEK itu sendiri. Alhasil, seperti diduga, mereka yang sudah pernah bekerja tersebut tidak mengikuti OSPEK. Dan pasca OSPEK, ada teman saya yang mencoba mencari tahu alasan mereka tidak mengikuti OSPEK. Alasannya adalah karena mereka merasa sudah mengetahui dunia kerja sesungguhnya dan OSPEK itu tidak penting (karena mereka sudah tahu). Padahal, kalau dari saya pribadi, OSPEK itu juga untuk mengenalkan kehidupan kampus, dunia kerja yang mereka rasakan belum tentu sama dengan lingkungan baru nantinya. Sekaligus juga media awal mengenal kakak-kakak angkatan yang mana pasti sangat diperlukan untuk kehidupan kampus nantinya.

screenshot yg didapat dari komen di sumber tulisan

Nah, sekarang kembali lagi ke topik. Saya juga agak risih ketika ada seseorang yang mencoba menasehati mas Ganis untuk menjaga etika (karena statusnya berbicara tentang etika), eh tetapi malah berkelit dan dengan entengnya mengatakan bahwa kalau bertemu langsung dengan seseorang yang jelas siapanya ya harus pakai etika, tetapi jika hanya sebuah tulisan untuk umum yang tidak menyebutkan untuk siapa (bukan mengarah ke individual tertentu), bisa menulis dengan bebas tanpa perlu menggunakan etika, yang penting tidak melanggar SARA. Walah, walah, mas e, mas e, itu aturan dari mana toh? Seperti itukah yang dibilang dengan etika?

screenshot yg didapat dari komen di sumber tulisan
Dan juga yang sangat saya sayangkan, ketika sudah panjang kali lebar berbicara ‘ngalur-ngidul’, akhirnya anda mengatakan bahwa ‘beda didikan’. Tulisan anda itu hanya ditujukan untuk anak-anak tambang, bukan untuk umum. Jika saya membaca tulisan anda tentang balasan yang anda berikan ke komentar-komentar yang masuk, dapat saya simpulkan intinya bahwa anda terlalu defensif, tidak open-minded. Padahal status anda dari awal mengatakan untuk perihal secara umum (hanya bagian akhirnya saja yang difokuskan ke anak tambang), termasuk diantaranya dengan menghina maba-maba secara umum, bahkan tidak terlewat kepada para psikolog yang akhirnya ikut angkat bicara karena anda hina. Kemudian ketika dinasehati dan terus berkelit hingga ‘kepepet’, akhirnya anda mengatakan, ‘ditujukan hanya untuk anak tambang’? Eh, kok gitu sih? Mungkin karena geramnya, hingga ada yang berkomentar, “Be wise! Be wise! Be wise!” (tiga kali loh)

Baiklah, mas Ganis. Sekali lagi saya memohon maaf yang sebesar-besarnya bila perkataan saya ada yang menyinggung. Tulisan ini mungkin memang terlalu panjang sehingga saya menuliskan di blog, tetapi saya sudah mengundang anda untuk datang ke sini. Tolong jangan diabaikan, dan bila menyinggung, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya hanya mencoba mengingatkan anda yang terlalu defensif dan merasa paling benar. So, marilah kita saling open-minded. Bila saya yang salah, mohon diklarifikasi dan dikritik pula.
Saya sebenarnya sangat setuju dengan adanya OSPEK, tetapi status anda sungguh akan menakuti para junior yang justru akan membuat mereka menghindari OSPEK tersebut. Dan kalau bicara dari hati (karena mas Ganis juga berusaha defensif dengan mengatakan otak dan hati), misal saya diposisikan sebagai maba tambang (atau psikolog / sosiolog / orang-orang yang dihina di tulisan itu), kemudian saya yang menjadi maba tambang tersebut membaca tulisan itu, pasti saya akan SAKIT HATI membacanya, karena belum apa-apa (masuk kampus saja belum, apalagi kenalan) sudah dibodoh-bodohin, atau mungkin juga akan berpikiran bahwa seniornya tidak memiliki etika, dan akhirnya saya lebih memilih untuk tidak mengikuti OSPEK.

Padahal sebenarnya saya setuju dengan beberapa poin dalam status tersebut, seperti bersikap keras itu tegas bukan menindas, ada hadiah ada hukuman, dan sebagainya. Kita memang harus bersikap keras untuk tegas, atau mungkin bahkan ada beberapa kondisi di mana mengharuskan untuk membentak junior, tetapi itu ada sebab-musabab dan etikanya. Gak bisa ‘sak enak udele dewe’ menyalah-nyalahkan junior yang tidak bersalah. Kita memang harus membenarkan sesuatu yang salah dari junior, bukan menyalahkan sesuatu yang benar. Dan kita juga gak bisa menyamaratakan mereka semua, kemudian menghardik dan menghina seperti pada status mas Ganis tersebut. Saya tahu, mungkin mas Ganis baik dalam menuliskan status tersebut, mungkin untuk mengobarkan semangat maba agar tidak gentar menghadapi OSPEK. Tetapi yang saya takutkan, yang terjadi malah sebaliknya, maba malah semakin tidak suka atau bahkan memboikot OSPEK. Dilihat dari thread / artikel yang meng-counter status mas Ganis saja, di komentar-komentarnya banyak sekali ucapan yang tidak menyetujui dan keinginan untuk menghapuskan OSPEK. Waduh, duh. Kalau OSPEK benaran sampai dilarang, bagaimana jadinya? Di kampusku saja, pernah kejadian loh, OSPEK jurusan hampir ditiadakan karena ada pihak maba yang memboikotnya dan mendapatkan tanggapan dari manajemen. Tetapi Alhamdulillah, setelah diklarifikasi, OSPEK tersebut dapat kembali berjalan. Jadi, jika mas Ganis memang pro dengan OSPEK, maka bersikap cerdas dan bijaklah, marilah menuliskan sesuatu tentang OSPEK dengan beretika yang baik dan benar.

Dan untuk para mahasiswa baru yang nantinya akan menghadapi OSPEK. Plis, ikutilah OSPEK tersebut, karena akan banyak manfaat yang engkau rasakan di dalam OSPEK tersebut. Saya, yang bisa dibilang sudah menjadi angkatan tua di PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya), sudah merasakan besarnya manfaat dari OSPEK di PENS itu sendiri. Mungkin memang banyak kabar dan desas-desus entah dari mana bahwa OSPEK untuk anak teknik itu ‘agak kejam’. Plis, jangan menelan mentah-mentah angin lewat tersebut. Ikuti saja OSPEK, dan dalami makna yang terkandung di dalamnya. Mungkin memang benar (saya tidak akan menutup-nutupi), bila ada sebagian kecil senior yang ingin mengadakan OSPEK itu untuk ajang balas dendam. Karena saya sendiri pernah mengetahuinya. Saya dari dahulu sudah melihat ada beberapa senior yang ingin balas dendam, bahkan ketika angkatan saya yang menjadi pelaksana OSPEK, juga ada yang seperti itu. Tetapi percayalah, itu hanya sedikit orang. Di angkatan saya saja, syukur Alhamdulillah yang menjadi penanggungjawab atau (bisa dibilang) ketua yang melaksanakan OSPEK adalah seseorang yang benar-benar ingin memberikan kebaikan untuk juniornya. Jadi, walaupun ada seseorang yang ingin balas dendam, langsung terkubur, alias ide-ide yang aneh gak akan ditampung (senior yang ingin kebaikan jauh lebih dominan dari yang ingin balas dendam).

So, sekali lagi, untuk adik-adik yang akan menghadapi OSPEK, hadapi saja OSPEK tersebut. Rasa takut atau kejam yang di benak kalian mungkin hanya persangkaan kalian belaka. Mungkin perasaan tersebut sama seperti ketika kalian akan mengikuti UNAS dahulu, kalian mungkin hanya terlalu mencemaskan diri dan berpikiran yang aneh-aneh. Tetapi ketika sudah dilewati, ternyata toh cuma seperti itu saja. Khususnya untuk OSPEK di PENS (karena saya baru merasakan OSPEK di PENS), percayalah wahai para maba, OSPEK di PENS besar sekali manfaatnya, bahkan selalu ada esensinya di setiap kegiatan yang dilakukan. Karena selama saya menjadi pelaksana OSPEK di PENS, selalu yang ditekankan adalah esensinya. Apa esensinya untuk kegiatan ini? Apa esensinya untuk kegiatan itu? Selalu hal semacam itu yang saya dengar selama menjadi pelaksana OSPEK. Apa manfaatnya untuk maba? Apakah ada untungnya bagi mereka? Apakah kegiatan ini masih cocok untuk kondisi maba yang seperti ini? Kegiatan yang kami lakukan ketika itu selalu berpikiran bagaimana sebuah kegiatan bisa bermanfaat untuk maba dan juga kami mencari data dulu sebelum membuat kegiatan, BUKAN HANYA EGO PRIBADI dari pelaksana OSPEK. Ya, itu semua dilakukan karena kita menginginkan sebuah OSPEK yang cerdas, bukan hanya asal membuat kegiatan, apalagi sebagai ajang balas dendam. Karena kita sedang menuju generasi yang cerdas, maka marilah membangun pendidikan yang cerdas. Dan hal itu dimulai dari masa awal ketika para pelajar tersebut menginjakkan kakinya ke tanah pendidikan (baca: OSPEK / MOS).

Oke, sekian artikel dari saya, mohon maaf yang sebesar-besarnya bagi siapapun yang merasa tersinggung atau ada perasaan tidak mengenakkan atas artikel ini. Semoga artikel ini bisa memberikan kebaikan untuk kita semua. Amin.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ShadowZ Space - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -